Zelo & Yeri
| Dia bagaikan pangeran
berkuda putihku |
------------DREAMY GIRL----------
“Oh
tuan putri, kau begitu cantik.”
Yeri tersenyum malu mendengar pujian itu dari sang pangerannya.
Pangeran itu perlahan menunduk di hadapan Yeri. Lalu ia berlutut sambil menatap Yeri dengan tatapan cintanya.
“Maukah kau menikah denganku?” pangeran itu menyodorkan tangannya kehadapan Yeri.
Dengan malu-malu Yeri menggapai tangan itu lalu mengangguk. “Ya, aku mau”
Setelah itu mereka berpelukan. Saat pangeran itu melepaskan pelukannya, kini ia beralih menatap Yeri dengan lembut, perlahan ia mulai memajukan wajahnya mendekati wajah Yeri. Spontan gadis itu menutup matanya, siap menerima perlakuan selanjutnya pangeran itu.
Gadis yang duduk di sebelah Yeri menatap jijik sahabatnya. Dengan sigap ia memukul mulut Yeri yang sedari tadi monyong dengan sendok makan yang sedang ia pegang.
Spontan Yeri meringis kesakitan. Ia beralih menatap Joy dengan tatapan tajam. “Ya! Kenapa kau memukulku”
“Kau gila ya? Apa yang sedang kau lamunkan, sungguh menjijikkan” ujar Joy sambil memakan makananya.
Yeri kembal tersenyum, “Seorang pangeran melamarku, lalu kami berpelukan lalu kami akan bercium—“
“Astaga, diamlah”
Joy memutar matanya malas. Mempunyai sahabat dreamy girl terkadang membuatnya pusing. Hampir setiap hari ia melihat Yeri melamun sambil tersenyum tidak jelas, dan terkadang juga tertawa, benar-benar persis seperti orang gila. Yeri juga senang bercerita tidak jelas, kalau dia nanti akan menikah dengan seorang pangeran berkuda putih. Astaga, kupingnya saja hampir memanas mendengar khayalan yang tak mungkin terkabulkan itu.
Yeri masih saja tersenyum sendiri sambil menatap kedepan, tapi dengan pandangan kosong. Joy pun tak memperdulikannya, ia lebih memilih memakan makanannya sebelum jam istirahat habis.
“Yeri, kau tak makan? Jam istirahat akan usai 5 menit lagi” ujar Joy sambil makan.
Yeri tak mendengarkan Joy, ia masih asik dengan dunia impiannya. Dan Joy sekali lagi hanya pasrah, memilih tak peduli.
Suara kantin yang tadi riuh kemudian tergantikan dengan suara berdecak kagum dari siswa-siswa. Joy yang merasa aneh, ia akhirnya mendongak mencari tau ada apa dengan keadaan sekitarnya. Spontan ia membulatkan matanya, ujung bibirnya terangkat menjadi senyuman.
Joy langsung saja menyenggol bahu Yeri dengan kuat. Yeri pun tersadar, ia menatap Joy tajam lagi karena menganggu khayalannya.
“Kenapa lagi!”
“Ya! Lihat itu” seru Joy masih menatap kedepan dengan tatapan kagumnya.
Yeri mengikuti arah pandangan Joy. Saat itu matanya langsung tertuju pada sekumpulan pemuda-pemuda yang berjalan dengan gaya cool-nya. Tak ada tatapan terpesona dari gadis itu, ia malah berdecak memutar matanya malas.
“Ya ampun, itu biasa saja. Lebih tampan pangeran berkuda putihku” decak Yeri.
Joy yang mendengar itu beralih menatap Yeri, “Ini nyata, tidak seperti pangeran berkuda putihmu yang hanya ada di bayanganmu saja”
Selepas mengatakan itu, Joy bangkit dari duduknya lalu meninggalkan Yeri. Yeri hanya berdesis. Ia kembali menatap perkumpulan pemuda-pemuda itu yang menatap siswa perempuan dengan tersenyum manis dan terkadang mengedipkan matanya.
“Tidak menarik juga”
***
“Kau sedang apa?”
Joy langsung duduk disamping Yeri yang sangat serius berkutat dengan laptopnya.
“Membuat cerita” jawab Yeri tanpa mengalihkan pandangannya.
Joy hanya mengangguk. Seketika ia mendapatkan ide. “Bagaimana kalau kau membuat cerita tentang sekumpulan pemuda tadi?”
Yeri mendengar itu langsung menghentikan jarinya diatas keypad laptop itu. Ia beralih menatap Joy. “Kau serius? Mereka sama sekali tidak menarik”
Joy mendengus, “Ceritamu saja yang selalu tidak menarik. Aku hanya menyarankan, kau tahu kan pemuda-pemuda tadi itu terkenal di sekolah kita. Pastinya nanti banyak yang membaca ceritamu itu” saran Joy.
Yeri terdiam, ia tampak berpikir. Beberapa detik kemudian ia tersenyum penuh arti menatap Joy. “Benar juga!”
Joy menjentikkan jarinya. “Benar kan”
“Tapi, yang mana pemeran utamanya?”
Saat Yeri mengatakan itu, saat itu juga sekumpulan pemuda-pemuda tadi melewati kelasnya. Yeri yang tak mau ketinggalan, ia langsung keluar dari kelasnya. Ia memperhatikan punggung pemuda-pemuda itu yang sudah berjalan lumayan jauh darinya. Matanya menyipit seperti berpikir. “Siapa ya?” gumamnya.
Yeri masih saja setia memperhatikan pemuda-pemuda itu, sampai ia tak sadar, pemuda-pemuda tadi berbalik arah berjalan menghadapnya. Tapi ia tidak bergerak sama sekali, dengan setia ia memperhatikan wajah-wajah pemuda –pemuda itu, memilih siapa yang lebih tampan.
Seketika ujung bibirnya terangkat saat matanya menangkap salah satu pemuda itu, ia menjentikkan jarinya sendiri. “Itu dia, lebih tampan dari siapapun”
Pemuda-pemuda itu menatap Yeri aneh, Yeri yang merasa di tatap aneh menatap mereka tajam. “Apa!” serunya tajam.
Langsung saja Yeri masuk dalam kelasnya tanpa memperdulikan ekspresi-ekspresi pemuda itu.
***
Yeri tersenyum puas dengan hasil kerjanya. Ia memandang sebuah kertas yang berisi ceritanya yang telah terpampangkan di mading sekolahnya. Tangannya terlipat, “Aku harap ceritaku kali ini banyak yang baca” ujarnya dalam batinnya.
“Zelo?”
Yeri terpenjat saat mendengar suara yang berasal dari belakangnya. “Ya! Suaranya seperti suara setan” kesal Yeri menatap orang itu.
Orang itu hanya melirik Yeri sekilas lalu ia kembali memandang cerita yang baru saja Yeri pajang. “Kenapa namaku?”
Yeri tertegun mendengarnya. Kepalanya perlahan mendongak menatap pemuda itu dari samping. “Ja.. jadi namamu Zelo?”
Zelo mengalihkan pandangannya. Ia mengangguk. “Iya, namaku Zelo. Kenapa namaku bisa ada disini dan siapa Yeri?”
Yeri tak tahu harus mengatakan apa lagi. Sekarang ia mengutuk dirinya yang lupa menyamarkan nama asli pemuda itu dan lebih bodohnya dia membuat pemeran utama wanitanya adalah dirinya, dan sekarang mau di taruh mana wajahnya di hadapan pemuda yang bernama Zelo ini.
Tanpa menjawab jawaban Zelo, Yeri malah berlari melarikan diri dari pemuda itu. Zelo melihat itu mengernyit, bingung dengan sikap Yeri.
***
Zelo berjalan mendekati teman-temannya. Kemudian ia duduk disamping Daehyun.
“Apa kalian tau siapa Yeri?” Tanya Zelo.
Teman-temannya yang sedari tadi asik tertawa kini beralih menatap Zelo. Mereka serentak menggeleng. Tapi sesaat Daehyun membuka suaranya. “Tapi nama itu tidak asing. Ah, kau ingat tidak? Gadis yang kemarin menatap kita tajam di depan kelasnya”
Zelo tampak berpikir, setelah diingatnya ia menangguk. “Itu dia, aku sempat melihat tag name-nya, namanya Yeri”
Zelo mengernyit. “Dia?” Daehyun mengangguk pasti.
“Memangnya kenapa?” Tanya Daehyun lagi.
Zelo hanya menggeleng. Sekarang pikirannya tertuju gadis itu, bukankah gadis itu yang membuat cerita di mading sekolahnya tadi, nama gadis itu pun Yeri, tapi untuk apa gadis itu membuat cerita dengan namanya, bukankah mereka tidak saling mengenal.
Tiba-tiba saja seringai itu muncul.
***
Yeri sibuk menyalin catatan Joy, dia menyesal karena sempat tidak mencatat yang tadi guru terangkan, dan sekarang ia tepaksa harus tidak ikut makan di jam istirahat ini. Bahkan Joy meninggalkannya sendirian di kelas ini. Benar-benar teman yang tidak setia.
Tiba-tiba saja sebuah kue yang dibungkus rapi muncul begitu saja di hadapannya. Ia sedikit mendongak siapa yang menyodorkan kue itu. Langsung saja matanya membulat siapa orang itu.
Kenapa dia bisa disini?
Yeri kembali melanjutkan catatannya seakan tidak peduli dengan orang itu, tapi padahal dia merasa resah karena orang itu.
Orang itu berdecak tanpa peduli ia langsung duduk tepat di bangku yang ada di hadapan Yeri. “Kau tak lapar?” Tanya orang itu dengan bahasa informalnya seperti sudah kenal dekat.
Akhirnya Yeri kembali mendongak menatap orang itu dengan kening yang bertaut. “Kau siapa? Kenapa kau datang ke kelasku?”
Orang itu menatap Yeri santai. “Bukankah kita tadi sudah bertemu di depan mading? Aku Zelo, ingat namaku Zelo, Yeri”
Spontan tubuh Yeri menegang mendengar sebutan namanya. Darimana pemuda itu tau namanya? Astaga, sekarang sudah terbongkar, pasti dirinya akan di cap kalau ia suka dengan pemuda ini.
Zelo menyeringai. “Ah aku benar, namamu memang Yeri”
Yeri berdehem dia mencoba bersikap seperti biasa saja. “Kalau iya, lalu kenapa? Apa masalahnya denganmu?” lawan Yeri.
Sebenarnya Zelo sedikit terkejut mendengar ucapan Yeri yang sedikit tajam, biasanya para gadis akan berbicara lembut dengannya tapi ini? Malah sebaliknya.
“Kau menyukaiku?”
Pertanyaan itu mampu membuat Yeri ingin muntah, dia tertawa hambar. “Aku? Menyukaimu? Seperti tidak ada pria tampan di dunia lagi” sinis Yeri.
Zelo kembali tersenyum sinis. “Benarkah kau tak menyukaiku?”
Yeri mengangguk mantap. “Pangeranku lebih tampan darimu, sebaiknya kau jangan bermimpi aku bisa menyukaimu”
Mendengar itu Zelo tertawa renyah. “Pangeran? Bermimpi? Bukankah itu terbalik? Kaulah yang bermimpi aku menjadi pangeranmu. Kau tak ingat cerita yang kau buat tadi? Aku sudah membacanya”
Yeri menggigit bibir bawahnya, kini tubuhnya sudah memanas. Ingin rasanya dia meneriaki dirinya bodoh. Lihatlah wajah pemuda itu kini sedang menertawainya dengan sinis. Wajahnya kini sudah panas.
“Ya! Pergi kau” teriak Yeri dengan emosi seraya berdiri.
Dengan santai Zelo berdiri, ia memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya. “Tentu aku juga akan pergi. Aku kesini hanya memberikanmu kue, tapi kau malah mengusirku”
Setelah mengatakan itu Zelo berjalan keluar kelas Yeri, tapi belum sempat dia keluar, ia berbalik lalu mengedipkan matanya pada Yeri. Melihat itu Yeri menatap Zelo dengan tajam. Zelo hanya tertawa lalu keluar dari kelas Yeri.
“AAH! Aku bisa gila” teriak Yeri sambil mengacak rambutnya sendiri.
***
Yeri masih mengingat jelas seringai Zelo tadi. Dan itu selalu membuatnya menggeram marah. Tangannya kini kembali terkepal sambil menatap kedepan. Kalau saja waktu bisa di putar, dia tidak akan membuat cerita konyol itu dan tidak akan pernah membuat nama pemuda sialan itu.
Sesuatu menarik perhatiannya membuat ia mengedipkan matanya beberapa kali. Terlihat jelas disana Zelo sedang tersenyum menggoda sambil mengerlingkan matanya. Yeri menatap tajam Zelo, tapi pemuda itu malah tertawa lepas.
‘Awas saja dia rrhh’
***
BRAK!
Hampir saja Zelo sekarat karena gebrakan meja yang dilakukan Yeri tadi. Tapi dia kembali seperti biasa setelah tau siapa pelakunya.
“Kenapa?” tanyanya santai.
Yeri mengepalkan tangannya, tanpa mengucapkan apapun ia langsung menarik tangan Zelo. Seluruh kelas Zelo bersiul karena hal itu, membuat Zelo ikut tertawa.
“Dia ingin mengajakku kencan” teriak Zelo mengundang godaan dalam kelasnya.
Yeri semakin kuat mencengkram tangan Zelo, menarik pemuda itu keluar dari kelasnya.
***
“Kau lihat!”
Zelo hanya menatap cerita yang dulu di buat Yeri di mading sekolah dengan santai. Ia melipat tangannya kedada lalu menganggukkan kepalanya. “Lihat, terus kenapa?”
Yeri semakin menggeram, ingin sekali ia mencekik Zelo sekarang juga, kenapa pemuda itu malah menanggapi santai dengan hal ini.
“Kau tidak lihat ini?” tunjuknya di kertas itu, tepatnya di sebuah tulisan yang berada di bawah kertas itu.
Zelo hanya tertawa kecil. “Jadi karena itu kau marah padaku?”
“Tentu saja aku marah, kenapa kau malah menanggapinya sepele?”
Zelo tampak berpikir sebentar, lalu ia menunjuk tulisan itu. “Karena ini tidak masalah untukku. Bukahkah seharusnya kau menyukainya,”
Yeri menghentakkan kakinya beberapa kali, rasa kesalnya bertambah karena pemuda ini. “Ah! Aku membencimu” jeritnya lalu pergi begitu saja.
Zelo hanya tertawa kecil, lalu dia beralih menatap tulisan itu. Tulisan itu adalah hasil karyanya sendiri.
Yeri ❤ Zelo
***
Yeri tersenyum lembut melihat pangerannya menunggangi kuda putih. Begitu lincah pangerannya itu bergerak kesana kemari dengan kuda putihnya dan itu membuat kegagahan pangerannya bertambah. Saat pangeran itu beralih menatapnya, ia menjadi gugup sendiri. Ditambah lagi pangerannya itu mendekatinya.
“Oh tuan putri, maukah kau menaikinya bersamaku?”
Tentu saja Yeri mau, ia mengangguk malu. Mereka menaiki kuda putih itu bak pangeran bersama permaisurinya dan itu membuat Yeri merasa bahagia, apalagi saat tangan pangeran itu memeluk pinggangnya erat seakan ia takut jatuh.
“Astaga dia mulai lagi” dengus Joy melihat Yeri malas yang sambil tersenyum sendiri.
Joy mengedarkan pandangannya merasa bosan karena tak ada hal yang harus dilakukannya terlebih lagi karena hari ini ada rapat guru, jadi tidak belajar. Tak sengaja ia menangkap tubuh Zelo memasuki kelasnya, hal itu membuatnya tersentak, sejak kapan pemuda tampan itu mengenali siswa di kelasnya.
Semua yang ada di kelas Yeri bersorak melihat kedatangan Zelo yang telah berdiri di ambang pintu kelas mereka. Ada juga siswa perempuan yang mulai merapikan rambutnya, berperasaan Zelo akan menemuinya. Tapi nyatanya Zelo malah menghampiri Yeri yang masih melamunkan pangerannya itu. Hal itu membuat Joy tenganga tak percaya.
Zelo mengernyit melihat Yeri tersenyum sendiri. Ia pun mengibaskan tangannya beberapa kali di hadapan Yeri. Dan itu berhasil membuat Yeri tersadar. Yeri sedikit kesal juga, karena ada yang menganggunya melamunkan pangerannya. Ia sedikit mendongak siapa yang berani menganggunya, betapa terkejutnya ia siapa yang tau. Sontak ia langsung berdiri menatap Zelo tajam.
Seperti sudah akrab Zelo malah mengelus kepala Yeri dengan lembut. “Tidak usah terkejut begitu” ujarnya.
Seluruh siswa di kelas itu bersiul sambil bersorak tidak jelas karena perlakuan lembut Zelo. Tapi Yeri malah merasa jijik, ia menghempaskan tangan Zelo dengan kasar.
Zelo malah menanggapinya dengan santai. “Pulang sekolah, aku tunggu di gerbang. Kita pulang sama” setelah mengatakan itu Zelo pergi meninggalkan kelasnya tanpa menunggu jawaban dari Yeri.
Yeri tercengang mendengarnya. “Dia itu siapa?” desisnya menatap kepergian Zelo.
“Ya! Kau harus menjelaskannya!”
Yeri berdecak mendengar tuntutan Joy, ia memilih menenggelamkan kepalanya di mejanya.
***
Yeri sedari tadi merengut saja, lama-lama ia merasa kesal dengan perlakuan Zelo yang seenaknya dengan dirinya. Padahal tadi saat pulang sekolah ia berusaha kabur dari Zelo, tapi sayangnya pemuda itu berhasil menemukannya lalu menariknya paksa masuk ke dalam mobil Zelo. Dan lagi Zelo malah tak membawanya pulang.
Sampai di sebuah rumah mewah yang sangat besar bak istana membuat Yeri tercengang. Kepalanya sedikit ia nongolkan karena kekagumannya pada rumah itu yang mirip seperti istana.
“Kita sudah sampai”
Zelo langsung keluar tanpa memperdulikan Yeri yang masih dengan tampang kagumnya.
“Kau tak turun?” Tanya Zelo dari luar mobil itu.
Yeri akhirnya turun, walaupun sebenarnya ia masih kesal dengan Zelo.
Saat ia berdiri disamping Zelo, tiba-tiba saja pemuda itu menggenggam tangannya. Sontak ia mencoba melepaskannya tapi Zelo semakin menggenggamnya dengan erat. “Ya!” jeritnya.
“Jangan berisik” setelah itu Zelo menarik paksa tangannya, Yeri akhirnya pasra dengan tarikan itu.
***
Ntah apa yang dilakukan Zelo membuat Yeri mengernyit tidak mengerti. Untuk apa pemuda itu mengajaknya ke sebuah perternakan. Setelah habis berkeliling di rumah Zelo yang benar-benar seperti istana membuat ia berdecak kagum, ternyata Zelo adalah anak orang kaya. Dan sekarang Zelo mengajaknya ke sebuah perternakan.
Yeri masih setia memperhatikan gerak-gerik pemuda itu yang mulai membuka pintu perternakan besar itu. Tapi pemuda itu tak keluar-keluar sudah 5 menit ia tunggu dari luar. Hal itu membuatnya mendengus kesal. Baru saja ia mulai bergerak menghampiri Zelo, ia di kejutkan dengan pemuda itu yang keluar berbeda.
Yeri tertegun melihat Zelo menunggangi kuda putih keluar dair perternakan itu. Ia hanya bisa diam tak berkata apa-apa lagi. Matanya terfokus dengan kegagahan Zelo. Bahkan pemuda itu terlihat tampan dua kali lipat dari biasanya.
Degg..
Tiba-tiba saja dia merasa aneh dalam hatinya. Itu seperti berdetak lebih kencang seperti biasanya. Dan kini ia tak tahu harus mengatakan apa lagi, kalau Zelo benar-benar menganggumkan.
Rasa gugup menyerlimuti Yeri saat melihat Zelo mendekatinya dengan kuda putih itu. Kenapa tiba-tiba ia menjadi gugup?
‘Biasa ajalah Yeri, Ya dia memang tampan sekali’
“Mau naik bersamaku?”
Yeri mendongak melihat Zelo yang duduk di atas kuda itu. Akhirnya ia mengangguk dengan gugup. Zelo kembali turun dari kuda putih itu. Betap terkejutnya Yeri dengan perlakuan Zelo, pemuda itu mengangkatnya sampai menaiki kuda itu. Setelah itu Zelo ikut naik.
Kuda putih itu mulai berjalan setelah Zelo memukulnya. Yeri tak sanggup berkata apalagi. Ini benar-benar seperti khayalannya. Menaiki kuda putih bersama pangerannya dengan jantung yang berdetak lebih kencang seperti sekarang ini. Pipinya kini sudah memanas, ia yakin pipinya sudah memerah. Tiba-tiba saja tubuhnya menengang saat merasakan pelukan di pinggangnya, seharusnya ia marah dengan perlakuan Zelo ini, tapi malah sebaliknya, ia malah bahagia saat Zelo memeluknya begitu erat.
Sepertinya sekarang ia telah jatuh karena Zelo.
***
Joy berdecak melihat sahabatnya kembali tersenyum-tersenyum seperti biasa. Pasti lagi melamunkan pangeran berkuda putihnya.
“Ck, lagi?” decak Joy.
Yeri dapat mendengarnya. “Tidak, aku tidak mengkhayal” ujar Yeri.
“Lalu kenapa kau tersenyum sendiri seperti orang gila”
Yeri beralih menatap Joy. “Ya! Kau tau, pangeran berkuda putih ku itu nyata!” jerit Yeri kegirangan.
Joy hanya mendengus, tidak percaya ucapan Yeri itu. Ia lebih memilih meminum minumannya.
Yeri kembali mengadah kedepan masih sambil tersenyum sendiri. Tapi tak lama senyumnya lenyap begitu saja melihat Zelo duduk bersama gadis lain. Hal itu membuat tangannya mengepal. “Pemuda jahat” gumamnya.
***
Zelo bingung dengan sikap Yeri, padahal baru semalam gadis itu bersikap lembut padanya tapi sekarang sikap gadis itu padanya kembali berubah seperti biasa, dingin tapi kali ini lebih dingin dan terkesan tak peduli dengannya.
“Yeri, apa kau—“
“Diamlah, pergi dari kelasku, aku tak ingin di ganggu” potong Yeri, kemudian ia menenggelamkan wajahnya di mejanya dengan menghadang berlawanan pada Zelo.
Zelo bertambah bingung, ada apa dengan Yeri. Tangannya terangkat mengelus kepala Yeri. “Ada apa, apa aku berbuat salah?” kini suara Zelo mengecil.
Yeri sendiri tak tahu kenapa dirinya sendiri. Kenapa ia malah seperti anak kecil yang suka mendiamkan orang lain, terlebih lagi pada Zelo, bukankah pemuda itu bukan siapa-siapanya. Tapi kenapa ia merasa sakit saat melihat Zelo dengan gadis tadi.
“Yeri-ssi”
Tak ada jawaban dari Yeri, gadis itu hanya diam dengan hati yang semakin saat mendengar suara Zelo seperti memohon.
Joy yang melihat itu mengernyit. “Apa kalian punya hubungan, kalian seperti pasangan yang sedang marahan”
***
Sesungguhnya Yeri sangat malas sekali berangkat ke sekolah, tubuhnya rasanya lemas sekali. Kalau hari ini dia tak ada ujian, mungkin ia tak akan sekolah.
Langkah Yeri terhenti melihat Zelo berjalan berlawanan arah dengannya. Pemuda itu kini beralih menatap dirinya. Ntah kenapa semakin Zelo menatapnya, semakin sakit hatinya. Ada apa dengan dirinya.
“Yeri-ssi”
***
“Apa kau marah padaku?”
Yeri tak menjawab, ia tetap memandang kosong lapangan bola yang ada di hadapan mereka sekarang.
“Yeri, lihatlah aku” pintah Zelo.
Akhirnya Yeri menatap Zelo, tapi sebentar, ia kembali menatap kedepan tanpa mengucapakan apapun.
Zelo merasa frustasi dengan sikap Yeri yang hanya diam. “Berbicaralah! Aku tak suka dengan dirimu seperti ini. Kau kenapa mendiamiku beberapa hari ini, apa aku punya salah? Kumohon Yeri berbicaralah, aku lebih suka dengan dirimu yang selalu menatapku tajam dan berbicara pedas denganku, aku tak suka dengan dirimu yang seperti ini.”
Yeri akhirnya kembali menoleh menatap Zelo. Tiba-tiba saja air matanya sudah jatuh membuat Zelo terkejut. “Astaga, maafkan aku membentakmu” ujar Zelo merasa bersalah sambil menghapus air mata Yeri.
Air mata Yeri semakin deras. Tangannya kini beralih memegang tangan Zelo yang masih di mengangkup wajahnya.
“Aku juga tidak tahu dengan diriku”
Zelo hanya diam menunggu ucapan Yeri.
“Aku.. a..aku merasa sakit melihatmu dengan gadis lain, hikss…”
Mendengar itu ujung bibir Zelo terangkat. “Yang benar saja”
Yeri hanya menganggukkan kepalanya masih menangis.
Zelo langsung saja memeluk gadis itu. “Ternyata kau juga memiliki perasaan yang sama denganku”
Seketika Yeri diam mendengarnya, sedikit mendongak. “Apa kau bilang?”
“Kau menyukaiku kan, aku juga menyukaimu. Sudahlah sekarang sudah jelas hubungan kita”
Yeri tak tau menjawab apa. Ia hanya tersenyum dalam pelukan Zelo. Kini ia yakin kalau ia memang menyukai Zelo, hatinya kini berdetak lebih kencang.
***
END
Yeri tersenyum malu mendengar pujian itu dari sang pangerannya.
Pangeran itu perlahan menunduk di hadapan Yeri. Lalu ia berlutut sambil menatap Yeri dengan tatapan cintanya.
“Maukah kau menikah denganku?” pangeran itu menyodorkan tangannya kehadapan Yeri.
Dengan malu-malu Yeri menggapai tangan itu lalu mengangguk. “Ya, aku mau”
Setelah itu mereka berpelukan. Saat pangeran itu melepaskan pelukannya, kini ia beralih menatap Yeri dengan lembut, perlahan ia mulai memajukan wajahnya mendekati wajah Yeri. Spontan gadis itu menutup matanya, siap menerima perlakuan selanjutnya pangeran itu.
Gadis yang duduk di sebelah Yeri menatap jijik sahabatnya. Dengan sigap ia memukul mulut Yeri yang sedari tadi monyong dengan sendok makan yang sedang ia pegang.
Spontan Yeri meringis kesakitan. Ia beralih menatap Joy dengan tatapan tajam. “Ya! Kenapa kau memukulku”
“Kau gila ya? Apa yang sedang kau lamunkan, sungguh menjijikkan” ujar Joy sambil memakan makananya.
Yeri kembal tersenyum, “Seorang pangeran melamarku, lalu kami berpelukan lalu kami akan bercium—“
“Astaga, diamlah”
Joy memutar matanya malas. Mempunyai sahabat dreamy girl terkadang membuatnya pusing. Hampir setiap hari ia melihat Yeri melamun sambil tersenyum tidak jelas, dan terkadang juga tertawa, benar-benar persis seperti orang gila. Yeri juga senang bercerita tidak jelas, kalau dia nanti akan menikah dengan seorang pangeran berkuda putih. Astaga, kupingnya saja hampir memanas mendengar khayalan yang tak mungkin terkabulkan itu.
Yeri masih saja tersenyum sendiri sambil menatap kedepan, tapi dengan pandangan kosong. Joy pun tak memperdulikannya, ia lebih memilih memakan makanannya sebelum jam istirahat habis.
“Yeri, kau tak makan? Jam istirahat akan usai 5 menit lagi” ujar Joy sambil makan.
Yeri tak mendengarkan Joy, ia masih asik dengan dunia impiannya. Dan Joy sekali lagi hanya pasrah, memilih tak peduli.
Suara kantin yang tadi riuh kemudian tergantikan dengan suara berdecak kagum dari siswa-siswa. Joy yang merasa aneh, ia akhirnya mendongak mencari tau ada apa dengan keadaan sekitarnya. Spontan ia membulatkan matanya, ujung bibirnya terangkat menjadi senyuman.
Joy langsung saja menyenggol bahu Yeri dengan kuat. Yeri pun tersadar, ia menatap Joy tajam lagi karena menganggu khayalannya.
“Kenapa lagi!”
“Ya! Lihat itu” seru Joy masih menatap kedepan dengan tatapan kagumnya.
Yeri mengikuti arah pandangan Joy. Saat itu matanya langsung tertuju pada sekumpulan pemuda-pemuda yang berjalan dengan gaya cool-nya. Tak ada tatapan terpesona dari gadis itu, ia malah berdecak memutar matanya malas.
“Ya ampun, itu biasa saja. Lebih tampan pangeran berkuda putihku” decak Yeri.
Joy yang mendengar itu beralih menatap Yeri, “Ini nyata, tidak seperti pangeran berkuda putihmu yang hanya ada di bayanganmu saja”
Selepas mengatakan itu, Joy bangkit dari duduknya lalu meninggalkan Yeri. Yeri hanya berdesis. Ia kembali menatap perkumpulan pemuda-pemuda itu yang menatap siswa perempuan dengan tersenyum manis dan terkadang mengedipkan matanya.
“Tidak menarik juga”
***
“Kau sedang apa?”
Joy langsung duduk disamping Yeri yang sangat serius berkutat dengan laptopnya.
“Membuat cerita” jawab Yeri tanpa mengalihkan pandangannya.
Joy hanya mengangguk. Seketika ia mendapatkan ide. “Bagaimana kalau kau membuat cerita tentang sekumpulan pemuda tadi?”
Yeri mendengar itu langsung menghentikan jarinya diatas keypad laptop itu. Ia beralih menatap Joy. “Kau serius? Mereka sama sekali tidak menarik”
Joy mendengus, “Ceritamu saja yang selalu tidak menarik. Aku hanya menyarankan, kau tahu kan pemuda-pemuda tadi itu terkenal di sekolah kita. Pastinya nanti banyak yang membaca ceritamu itu” saran Joy.
Yeri terdiam, ia tampak berpikir. Beberapa detik kemudian ia tersenyum penuh arti menatap Joy. “Benar juga!”
Joy menjentikkan jarinya. “Benar kan”
“Tapi, yang mana pemeran utamanya?”
Saat Yeri mengatakan itu, saat itu juga sekumpulan pemuda-pemuda tadi melewati kelasnya. Yeri yang tak mau ketinggalan, ia langsung keluar dari kelasnya. Ia memperhatikan punggung pemuda-pemuda itu yang sudah berjalan lumayan jauh darinya. Matanya menyipit seperti berpikir. “Siapa ya?” gumamnya.
Yeri masih saja setia memperhatikan pemuda-pemuda itu, sampai ia tak sadar, pemuda-pemuda tadi berbalik arah berjalan menghadapnya. Tapi ia tidak bergerak sama sekali, dengan setia ia memperhatikan wajah-wajah pemuda –pemuda itu, memilih siapa yang lebih tampan.
Seketika ujung bibirnya terangkat saat matanya menangkap salah satu pemuda itu, ia menjentikkan jarinya sendiri. “Itu dia, lebih tampan dari siapapun”
Pemuda-pemuda itu menatap Yeri aneh, Yeri yang merasa di tatap aneh menatap mereka tajam. “Apa!” serunya tajam.
Langsung saja Yeri masuk dalam kelasnya tanpa memperdulikan ekspresi-ekspresi pemuda itu.
***
Yeri tersenyum puas dengan hasil kerjanya. Ia memandang sebuah kertas yang berisi ceritanya yang telah terpampangkan di mading sekolahnya. Tangannya terlipat, “Aku harap ceritaku kali ini banyak yang baca” ujarnya dalam batinnya.
“Zelo?”
Yeri terpenjat saat mendengar suara yang berasal dari belakangnya. “Ya! Suaranya seperti suara setan” kesal Yeri menatap orang itu.
Orang itu hanya melirik Yeri sekilas lalu ia kembali memandang cerita yang baru saja Yeri pajang. “Kenapa namaku?”
Yeri tertegun mendengarnya. Kepalanya perlahan mendongak menatap pemuda itu dari samping. “Ja.. jadi namamu Zelo?”
Zelo mengalihkan pandangannya. Ia mengangguk. “Iya, namaku Zelo. Kenapa namaku bisa ada disini dan siapa Yeri?”
Yeri tak tahu harus mengatakan apa lagi. Sekarang ia mengutuk dirinya yang lupa menyamarkan nama asli pemuda itu dan lebih bodohnya dia membuat pemeran utama wanitanya adalah dirinya, dan sekarang mau di taruh mana wajahnya di hadapan pemuda yang bernama Zelo ini.
Tanpa menjawab jawaban Zelo, Yeri malah berlari melarikan diri dari pemuda itu. Zelo melihat itu mengernyit, bingung dengan sikap Yeri.
***
Zelo berjalan mendekati teman-temannya. Kemudian ia duduk disamping Daehyun.
“Apa kalian tau siapa Yeri?” Tanya Zelo.
Teman-temannya yang sedari tadi asik tertawa kini beralih menatap Zelo. Mereka serentak menggeleng. Tapi sesaat Daehyun membuka suaranya. “Tapi nama itu tidak asing. Ah, kau ingat tidak? Gadis yang kemarin menatap kita tajam di depan kelasnya”
Zelo tampak berpikir, setelah diingatnya ia menangguk. “Itu dia, aku sempat melihat tag name-nya, namanya Yeri”
Zelo mengernyit. “Dia?” Daehyun mengangguk pasti.
“Memangnya kenapa?” Tanya Daehyun lagi.
Zelo hanya menggeleng. Sekarang pikirannya tertuju gadis itu, bukankah gadis itu yang membuat cerita di mading sekolahnya tadi, nama gadis itu pun Yeri, tapi untuk apa gadis itu membuat cerita dengan namanya, bukankah mereka tidak saling mengenal.
Tiba-tiba saja seringai itu muncul.
***
Yeri sibuk menyalin catatan Joy, dia menyesal karena sempat tidak mencatat yang tadi guru terangkan, dan sekarang ia tepaksa harus tidak ikut makan di jam istirahat ini. Bahkan Joy meninggalkannya sendirian di kelas ini. Benar-benar teman yang tidak setia.
Tiba-tiba saja sebuah kue yang dibungkus rapi muncul begitu saja di hadapannya. Ia sedikit mendongak siapa yang menyodorkan kue itu. Langsung saja matanya membulat siapa orang itu.
Kenapa dia bisa disini?
Yeri kembali melanjutkan catatannya seakan tidak peduli dengan orang itu, tapi padahal dia merasa resah karena orang itu.
Orang itu berdecak tanpa peduli ia langsung duduk tepat di bangku yang ada di hadapan Yeri. “Kau tak lapar?” Tanya orang itu dengan bahasa informalnya seperti sudah kenal dekat.
Akhirnya Yeri kembali mendongak menatap orang itu dengan kening yang bertaut. “Kau siapa? Kenapa kau datang ke kelasku?”
Orang itu menatap Yeri santai. “Bukankah kita tadi sudah bertemu di depan mading? Aku Zelo, ingat namaku Zelo, Yeri”
Spontan tubuh Yeri menegang mendengar sebutan namanya. Darimana pemuda itu tau namanya? Astaga, sekarang sudah terbongkar, pasti dirinya akan di cap kalau ia suka dengan pemuda ini.
Zelo menyeringai. “Ah aku benar, namamu memang Yeri”
Yeri berdehem dia mencoba bersikap seperti biasa saja. “Kalau iya, lalu kenapa? Apa masalahnya denganmu?” lawan Yeri.
Sebenarnya Zelo sedikit terkejut mendengar ucapan Yeri yang sedikit tajam, biasanya para gadis akan berbicara lembut dengannya tapi ini? Malah sebaliknya.
“Kau menyukaiku?”
Pertanyaan itu mampu membuat Yeri ingin muntah, dia tertawa hambar. “Aku? Menyukaimu? Seperti tidak ada pria tampan di dunia lagi” sinis Yeri.
Zelo kembali tersenyum sinis. “Benarkah kau tak menyukaiku?”
Yeri mengangguk mantap. “Pangeranku lebih tampan darimu, sebaiknya kau jangan bermimpi aku bisa menyukaimu”
Mendengar itu Zelo tertawa renyah. “Pangeran? Bermimpi? Bukankah itu terbalik? Kaulah yang bermimpi aku menjadi pangeranmu. Kau tak ingat cerita yang kau buat tadi? Aku sudah membacanya”
Yeri menggigit bibir bawahnya, kini tubuhnya sudah memanas. Ingin rasanya dia meneriaki dirinya bodoh. Lihatlah wajah pemuda itu kini sedang menertawainya dengan sinis. Wajahnya kini sudah panas.
“Ya! Pergi kau” teriak Yeri dengan emosi seraya berdiri.
Dengan santai Zelo berdiri, ia memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya. “Tentu aku juga akan pergi. Aku kesini hanya memberikanmu kue, tapi kau malah mengusirku”
Setelah mengatakan itu Zelo berjalan keluar kelas Yeri, tapi belum sempat dia keluar, ia berbalik lalu mengedipkan matanya pada Yeri. Melihat itu Yeri menatap Zelo dengan tajam. Zelo hanya tertawa lalu keluar dari kelas Yeri.
“AAH! Aku bisa gila” teriak Yeri sambil mengacak rambutnya sendiri.
***
Yeri masih mengingat jelas seringai Zelo tadi. Dan itu selalu membuatnya menggeram marah. Tangannya kini kembali terkepal sambil menatap kedepan. Kalau saja waktu bisa di putar, dia tidak akan membuat cerita konyol itu dan tidak akan pernah membuat nama pemuda sialan itu.
Sesuatu menarik perhatiannya membuat ia mengedipkan matanya beberapa kali. Terlihat jelas disana Zelo sedang tersenyum menggoda sambil mengerlingkan matanya. Yeri menatap tajam Zelo, tapi pemuda itu malah tertawa lepas.
‘Awas saja dia rrhh’
***
BRAK!
Hampir saja Zelo sekarat karena gebrakan meja yang dilakukan Yeri tadi. Tapi dia kembali seperti biasa setelah tau siapa pelakunya.
“Kenapa?” tanyanya santai.
Yeri mengepalkan tangannya, tanpa mengucapkan apapun ia langsung menarik tangan Zelo. Seluruh kelas Zelo bersiul karena hal itu, membuat Zelo ikut tertawa.
“Dia ingin mengajakku kencan” teriak Zelo mengundang godaan dalam kelasnya.
Yeri semakin kuat mencengkram tangan Zelo, menarik pemuda itu keluar dari kelasnya.
***
“Kau lihat!”
Zelo hanya menatap cerita yang dulu di buat Yeri di mading sekolah dengan santai. Ia melipat tangannya kedada lalu menganggukkan kepalanya. “Lihat, terus kenapa?”
Yeri semakin menggeram, ingin sekali ia mencekik Zelo sekarang juga, kenapa pemuda itu malah menanggapi santai dengan hal ini.
“Kau tidak lihat ini?” tunjuknya di kertas itu, tepatnya di sebuah tulisan yang berada di bawah kertas itu.
Zelo hanya tertawa kecil. “Jadi karena itu kau marah padaku?”
“Tentu saja aku marah, kenapa kau malah menanggapinya sepele?”
Zelo tampak berpikir sebentar, lalu ia menunjuk tulisan itu. “Karena ini tidak masalah untukku. Bukahkah seharusnya kau menyukainya,”
Yeri menghentakkan kakinya beberapa kali, rasa kesalnya bertambah karena pemuda ini. “Ah! Aku membencimu” jeritnya lalu pergi begitu saja.
Zelo hanya tertawa kecil, lalu dia beralih menatap tulisan itu. Tulisan itu adalah hasil karyanya sendiri.
Yeri ❤ Zelo
***
Yeri tersenyum lembut melihat pangerannya menunggangi kuda putih. Begitu lincah pangerannya itu bergerak kesana kemari dengan kuda putihnya dan itu membuat kegagahan pangerannya bertambah. Saat pangeran itu beralih menatapnya, ia menjadi gugup sendiri. Ditambah lagi pangerannya itu mendekatinya.
“Oh tuan putri, maukah kau menaikinya bersamaku?”
Tentu saja Yeri mau, ia mengangguk malu. Mereka menaiki kuda putih itu bak pangeran bersama permaisurinya dan itu membuat Yeri merasa bahagia, apalagi saat tangan pangeran itu memeluk pinggangnya erat seakan ia takut jatuh.
“Astaga dia mulai lagi” dengus Joy melihat Yeri malas yang sambil tersenyum sendiri.
Joy mengedarkan pandangannya merasa bosan karena tak ada hal yang harus dilakukannya terlebih lagi karena hari ini ada rapat guru, jadi tidak belajar. Tak sengaja ia menangkap tubuh Zelo memasuki kelasnya, hal itu membuatnya tersentak, sejak kapan pemuda tampan itu mengenali siswa di kelasnya.
Semua yang ada di kelas Yeri bersorak melihat kedatangan Zelo yang telah berdiri di ambang pintu kelas mereka. Ada juga siswa perempuan yang mulai merapikan rambutnya, berperasaan Zelo akan menemuinya. Tapi nyatanya Zelo malah menghampiri Yeri yang masih melamunkan pangerannya itu. Hal itu membuat Joy tenganga tak percaya.
Zelo mengernyit melihat Yeri tersenyum sendiri. Ia pun mengibaskan tangannya beberapa kali di hadapan Yeri. Dan itu berhasil membuat Yeri tersadar. Yeri sedikit kesal juga, karena ada yang menganggunya melamunkan pangerannya. Ia sedikit mendongak siapa yang berani menganggunya, betapa terkejutnya ia siapa yang tau. Sontak ia langsung berdiri menatap Zelo tajam.
Seperti sudah akrab Zelo malah mengelus kepala Yeri dengan lembut. “Tidak usah terkejut begitu” ujarnya.
Seluruh siswa di kelas itu bersiul sambil bersorak tidak jelas karena perlakuan lembut Zelo. Tapi Yeri malah merasa jijik, ia menghempaskan tangan Zelo dengan kasar.
Zelo malah menanggapinya dengan santai. “Pulang sekolah, aku tunggu di gerbang. Kita pulang sama” setelah mengatakan itu Zelo pergi meninggalkan kelasnya tanpa menunggu jawaban dari Yeri.
Yeri tercengang mendengarnya. “Dia itu siapa?” desisnya menatap kepergian Zelo.
“Ya! Kau harus menjelaskannya!”
Yeri berdecak mendengar tuntutan Joy, ia memilih menenggelamkan kepalanya di mejanya.
***
Yeri sedari tadi merengut saja, lama-lama ia merasa kesal dengan perlakuan Zelo yang seenaknya dengan dirinya. Padahal tadi saat pulang sekolah ia berusaha kabur dari Zelo, tapi sayangnya pemuda itu berhasil menemukannya lalu menariknya paksa masuk ke dalam mobil Zelo. Dan lagi Zelo malah tak membawanya pulang.
Sampai di sebuah rumah mewah yang sangat besar bak istana membuat Yeri tercengang. Kepalanya sedikit ia nongolkan karena kekagumannya pada rumah itu yang mirip seperti istana.
“Kita sudah sampai”
Zelo langsung keluar tanpa memperdulikan Yeri yang masih dengan tampang kagumnya.
“Kau tak turun?” Tanya Zelo dari luar mobil itu.
Yeri akhirnya turun, walaupun sebenarnya ia masih kesal dengan Zelo.
Saat ia berdiri disamping Zelo, tiba-tiba saja pemuda itu menggenggam tangannya. Sontak ia mencoba melepaskannya tapi Zelo semakin menggenggamnya dengan erat. “Ya!” jeritnya.
“Jangan berisik” setelah itu Zelo menarik paksa tangannya, Yeri akhirnya pasra dengan tarikan itu.
***
Ntah apa yang dilakukan Zelo membuat Yeri mengernyit tidak mengerti. Untuk apa pemuda itu mengajaknya ke sebuah perternakan. Setelah habis berkeliling di rumah Zelo yang benar-benar seperti istana membuat ia berdecak kagum, ternyata Zelo adalah anak orang kaya. Dan sekarang Zelo mengajaknya ke sebuah perternakan.
Yeri masih setia memperhatikan gerak-gerik pemuda itu yang mulai membuka pintu perternakan besar itu. Tapi pemuda itu tak keluar-keluar sudah 5 menit ia tunggu dari luar. Hal itu membuatnya mendengus kesal. Baru saja ia mulai bergerak menghampiri Zelo, ia di kejutkan dengan pemuda itu yang keluar berbeda.
Yeri tertegun melihat Zelo menunggangi kuda putih keluar dair perternakan itu. Ia hanya bisa diam tak berkata apa-apa lagi. Matanya terfokus dengan kegagahan Zelo. Bahkan pemuda itu terlihat tampan dua kali lipat dari biasanya.
Degg..
Tiba-tiba saja dia merasa aneh dalam hatinya. Itu seperti berdetak lebih kencang seperti biasanya. Dan kini ia tak tahu harus mengatakan apa lagi, kalau Zelo benar-benar menganggumkan.
Rasa gugup menyerlimuti Yeri saat melihat Zelo mendekatinya dengan kuda putih itu. Kenapa tiba-tiba ia menjadi gugup?
‘Biasa ajalah Yeri, Ya dia memang tampan sekali’
“Mau naik bersamaku?”
Yeri mendongak melihat Zelo yang duduk di atas kuda itu. Akhirnya ia mengangguk dengan gugup. Zelo kembali turun dari kuda putih itu. Betap terkejutnya Yeri dengan perlakuan Zelo, pemuda itu mengangkatnya sampai menaiki kuda itu. Setelah itu Zelo ikut naik.
Kuda putih itu mulai berjalan setelah Zelo memukulnya. Yeri tak sanggup berkata apalagi. Ini benar-benar seperti khayalannya. Menaiki kuda putih bersama pangerannya dengan jantung yang berdetak lebih kencang seperti sekarang ini. Pipinya kini sudah memanas, ia yakin pipinya sudah memerah. Tiba-tiba saja tubuhnya menengang saat merasakan pelukan di pinggangnya, seharusnya ia marah dengan perlakuan Zelo ini, tapi malah sebaliknya, ia malah bahagia saat Zelo memeluknya begitu erat.
Sepertinya sekarang ia telah jatuh karena Zelo.
***
Joy berdecak melihat sahabatnya kembali tersenyum-tersenyum seperti biasa. Pasti lagi melamunkan pangeran berkuda putihnya.
“Ck, lagi?” decak Joy.
Yeri dapat mendengarnya. “Tidak, aku tidak mengkhayal” ujar Yeri.
“Lalu kenapa kau tersenyum sendiri seperti orang gila”
Yeri beralih menatap Joy. “Ya! Kau tau, pangeran berkuda putih ku itu nyata!” jerit Yeri kegirangan.
Joy hanya mendengus, tidak percaya ucapan Yeri itu. Ia lebih memilih meminum minumannya.
Yeri kembali mengadah kedepan masih sambil tersenyum sendiri. Tapi tak lama senyumnya lenyap begitu saja melihat Zelo duduk bersama gadis lain. Hal itu membuat tangannya mengepal. “Pemuda jahat” gumamnya.
***
Zelo bingung dengan sikap Yeri, padahal baru semalam gadis itu bersikap lembut padanya tapi sekarang sikap gadis itu padanya kembali berubah seperti biasa, dingin tapi kali ini lebih dingin dan terkesan tak peduli dengannya.
“Yeri, apa kau—“
“Diamlah, pergi dari kelasku, aku tak ingin di ganggu” potong Yeri, kemudian ia menenggelamkan wajahnya di mejanya dengan menghadang berlawanan pada Zelo.
Zelo bertambah bingung, ada apa dengan Yeri. Tangannya terangkat mengelus kepala Yeri. “Ada apa, apa aku berbuat salah?” kini suara Zelo mengecil.
Yeri sendiri tak tahu kenapa dirinya sendiri. Kenapa ia malah seperti anak kecil yang suka mendiamkan orang lain, terlebih lagi pada Zelo, bukankah pemuda itu bukan siapa-siapanya. Tapi kenapa ia merasa sakit saat melihat Zelo dengan gadis tadi.
“Yeri-ssi”
Tak ada jawaban dari Yeri, gadis itu hanya diam dengan hati yang semakin saat mendengar suara Zelo seperti memohon.
Joy yang melihat itu mengernyit. “Apa kalian punya hubungan, kalian seperti pasangan yang sedang marahan”
***
Sesungguhnya Yeri sangat malas sekali berangkat ke sekolah, tubuhnya rasanya lemas sekali. Kalau hari ini dia tak ada ujian, mungkin ia tak akan sekolah.
Langkah Yeri terhenti melihat Zelo berjalan berlawanan arah dengannya. Pemuda itu kini beralih menatap dirinya. Ntah kenapa semakin Zelo menatapnya, semakin sakit hatinya. Ada apa dengan dirinya.
“Yeri-ssi”
***
“Apa kau marah padaku?”
Yeri tak menjawab, ia tetap memandang kosong lapangan bola yang ada di hadapan mereka sekarang.
“Yeri, lihatlah aku” pintah Zelo.
Akhirnya Yeri menatap Zelo, tapi sebentar, ia kembali menatap kedepan tanpa mengucapakan apapun.
Zelo merasa frustasi dengan sikap Yeri yang hanya diam. “Berbicaralah! Aku tak suka dengan dirimu seperti ini. Kau kenapa mendiamiku beberapa hari ini, apa aku punya salah? Kumohon Yeri berbicaralah, aku lebih suka dengan dirimu yang selalu menatapku tajam dan berbicara pedas denganku, aku tak suka dengan dirimu yang seperti ini.”
Yeri akhirnya kembali menoleh menatap Zelo. Tiba-tiba saja air matanya sudah jatuh membuat Zelo terkejut. “Astaga, maafkan aku membentakmu” ujar Zelo merasa bersalah sambil menghapus air mata Yeri.
Air mata Yeri semakin deras. Tangannya kini beralih memegang tangan Zelo yang masih di mengangkup wajahnya.
“Aku juga tidak tahu dengan diriku”
Zelo hanya diam menunggu ucapan Yeri.
“Aku.. a..aku merasa sakit melihatmu dengan gadis lain, hikss…”
Mendengar itu ujung bibir Zelo terangkat. “Yang benar saja”
Yeri hanya menganggukkan kepalanya masih menangis.
Zelo langsung saja memeluk gadis itu. “Ternyata kau juga memiliki perasaan yang sama denganku”
Seketika Yeri diam mendengarnya, sedikit mendongak. “Apa kau bilang?”
“Kau menyukaiku kan, aku juga menyukaimu. Sudahlah sekarang sudah jelas hubungan kita”
Yeri tak tau menjawab apa. Ia hanya tersenyum dalam pelukan Zelo. Kini ia yakin kalau ia memang menyukai Zelo, hatinya kini berdetak lebih kencang.
***
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar