Minggu, 19 Maret 2017

My Heart Is Beating Fast |Jungkook (BTS)& Jihyo (Twice)|

Jungkook & Jihyo


| Kita teman kan? Tapi kenapa jantungku berdetak lebih kencang saat berdekatan denganmu? |


Aku tersenyum perih melihatnya disana. Dia mencoba menggoda Mina, membuat gadis itu menjadi malu-malu sendiri. Dia mencolek pipi Mina yang sudah berwarna merah muda. Aku menggigit bibirku, mendadak rasa nyeri di dadaku. Rasanya sakit melihat ia malah bersama gadis lain. Tidak, aku tidak ingin memendam rasa ini. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak menyukainya tapi kenapa malah sekarang aku jadi menyukainya.

Senyum ini. Hanyalah topeng saja. Siapa yang tahan seperti ini. Melihat seseorang yang ia sukai malah bersama gadis lain. Bahkan ia pernah mengatakan padaku, kalau ia menyukai Mina. Rasanya duniaku seketika runtuh begitu saja.

Dia temanku, ya teman tapi aku malah mengharapkan yang lebih.

“Jihyo-ah”

Aku menoleh mendapatinya telah berdiri disampingku. Wajahku ku ubah menjadi senyum manis untuknya. “Ya”?

“Apa kau melihat tadi? Dia malu-malu, sepertinya dia juga menyukaiku. Ah senangnya, usahaku tak sia-sia”

Terlihat di wajahnya bahagia. Tapi aku? Aku sama sekali tidak bahagia, aku benci diriku sendiri. Kenapa aku malah menyukainya, padahal dia malah menyukai Mina.

“Apa kau tak senang?”

Aku kembali tersadar. “Aku senang. Baguslah kalau dia menyukaimu, usahamu tak sia-sia” ujarku dengan senyuman palsuku.

Dia mengangguk tersenyum lalu kembali menatap Mina di sana sedang malu-malu karena tatapan
Jungkook. Aku benci dengan mereka.

***
Baru beberapa hari ini, berita di hebohkan kedekatan
Jungkook dengan Mina. Bahkan banyak yang mengira mereka telah berpacaran. Jika aku jadi fangirl aku akan menjadi haters Mina, dan menjelekkan gadis itu. Menjengkelkan sekali, kenapa tidak ada yang menggosipkan aku dengan Jungkook padahalkan kami juga terkenal dekat. Tapi kenapa malah dengan Mina.  

“Kau harus tau, sebenarnya aku dan Mina sudah jadian”

Jantungku hampir saja mau copot mendengar pernyataan yang keluar dari mulut
Jungkook langsung. Lihatlah pemuda ini sekarang, sedang menatapku penuh kebahagiaan. Apa dia tidak tau di dalam lubuk hati ku merasakan sakit yang amat dalam seperti ditusuk beberapa kali dengan jarum-jarum.

Aku hanya diam beberapa detik menatap dia tidak percaya, sampai akhirnya aku mecoba bersikap berpura-pura senang.

“Selamat!” ujarku dengan nada semangat.

Begitu terkejutnya aku, saat dia memelukku tiba-tiba. “Aku sangat berterimakasih padamu karena membantuku mendekati Mina. Kau tau, kau adalah sahabat terbaikku”

Sahabat terbaik?

Kalau tau begini, aku tidak akan mendekatimu dengan Mina. Aku sungguh menyesal.

“Ya, aku senang kau bahagia” ujarku seraya mengusap pundaknya. Air mata ini sebentar lagi akan turun, aku tak tahan lagi.

“Aku harus pergi, seseorang telah menungguku”

Aku langsung saja melepaskan pelukannya, lalu pergi meninggalkannya dengan tatapan bingungnya.

***
Hujan ini adalah kesaksian dimana aku merasakan perih yang amat dalam. Habis sudah harapanku. Dia terlah bersama gadis lain. Apalagi yang ku harapkan. Sadarlah Jihyo kau hanya sahabat terbaiknya. Buanglah jauh-jauh perasaan ini.

Mungkin lebih baik aku mencari pemuda lain? Atau aku akan tetap menyimpan perasaan ini pada
Jungkook. Bagaimana bisa aku akan mempertahankan perasaan ini, kalau nanti akhirnya akulah yang tersakiti. Mina, teman ku. Jungkook juga teman ku. Lalu aku? Apa aku hanya diam membiarkan mereka bersatu, tapi di satu sisi aku malah yang paling tersakiti tanpa mereka ketahui.  

Air mataku terus mengalir, mengingat kejadian-kejadian moment dimana aku bersama
Jungkook tertawa bersama layaknya seperti sepasang kekasih. Teringat dimana aku dan dia bermain hujan, tertawa lepas bersama, mengejarku lalu menangkatku kemudian berputar-putar dengan hujan yang setia membasahi kami. Aku sungguh merindukan moment itu. Tapi sepertinya sekarang tak ada lagi waktu-waktu kami bersama. Dia terlah bersama Mina, tentu saja dia memilih bermain bersama Mina dibandingkan denganku.

“Unnie”

Segera aku menghapus air mataku lalu memasang wajah seperti biasa kemudian berbalik melihat Tzuyu.

“Ada apa?”

“Sakit?”

“Tidak. Hanya perih aja” ujarku dengan senyuman.

Hanya Tzuyu yang mengetahui perasaan ku ini pada
Jungkook. Aku juga tidak tau kenapa Tzuyu bisa mengetahuinya, aku bahkan tidak memberitahu siapa-siapa. Memang Tzuyu lah yang paling bisa mengerti keadaan unnie-unnie-nya.

“Aah.. mianhae Unnie”

Aku bingung, dia malah memelukku sambil meminta maaf. “Ada apa?”

“Aku tak bisa membantumu. Apa yang harus kulakukan pada Mina Unnie? Apa aku harus mengatakan sebenarnya?”

Aku menggeleng cepat-cepat. Kulepas pelukannya kemudian ku pengang kedua bahunya. “Andwae, kau tak boleh memberitahunya. Cukup kau saja yang tau. Aku tak ingin persahabatan kita hancur karena diriku”

“Tapi aku tidak bisa diam melihat Unnie terluka seperti ini.”

“Dan aku juga
tak akan bisa diam melihat Mina nantinya tersakiti”

Tzuyu menunduk. “Lalu apa yang harus kulakukan?”

“Menjadi Tzuyu seperti biasa, anggaplah tak terjadi apa-apa”

“Bagaimana—“

“Lakukanlah demi Unnie”

Tzuyu mengangguk. “Baiklah Unnie”

***
Minggu-minggu ini
Jungkook tak pernah lagi menemuiku ataupun hanya sekedar mengirimku pesan. Biasanya pemuda itu, selalu setia mengirim ku pesan kalau tak bertemu denganku satu hari pun, tapi kali ini ia malah tidak peduli denganku.

Baru-baru ini beredar dimana-mana foto-foto ia bersama Mina sedang bermesraan. Lihatlah wajah
Jungkook tampak bahagia begitu pun dengan Mina. Apa aku harus menyerah?

Dan sepertinya lebih baik aku menyerah dari pada menjadi perusak hubungan orang. Aku menyukai
Jungkook tapi Jungkook tidak menyukaiku? Bukankah itu seperti perjalanan cinta yang miris.

Aku menyerah!

***
Baru saja aku mengatakan aku menyerah, tapi ia malah menemuiku dengan tampang wajahnya yang super duper imut. Matanya berbinar sesekali berkedip menatapku.

“Apa?” tanyaku mengangkat satu alisku.

“Kau mau membantuku?”

Aku menghela nafas. Ada maunya datang padaku?

“Membantu apa?”

Wajahnya semakin berbinar, kemudian dia mendekatiku. “Aku ingin memberikan kejutan pada Mina, jadi aku ingin nanti setelah kelasmu selesai, kau membawanya ke taman belakang untukku”

Aku mengadah kearah lain. Rasanya air mataku ingin turun lagi. Kenapa pemuda ini selalu membuat hatiku sakit. Kenapa dia harus seromantis itu pada Mina.

“Jihyo-ah”

Aku menghembuskan nafasku dengan kasar, lalu kembali menatapnya. “Baiklah” ujarku seraya tersenyum palsu.

“Kau memang terbaik” ujarnya seraya memelukku.

Aku hanya diam. Rasanya hatiku lebih sakit dari pada merasakan kenikmatan pelukan hangatannya ini. Sekali lagi aku bilang ‘aku benci diriku’

***
Jungkook sukses membuat kejutan untuk Mina. Mina senang dan Jungkook senang. Aku? Kebalikannya, terpuruk dan sangat sedih.

“Jihyo Unnie, aku punya kabar!” teriakan Tzuyu membuatku mencari sumber suaranya.

Tzuyu berlari dengan senyumannya. Sepertinya ada yang membuatnya senang sehingga senyumnya tak biasa jika dilihat.

“Hei.. hati-hati kau bisa jatuh”

Dia meneguk ludahnya sambil mengatur nafasnya yang terengah-rengah.

“Ada apa Tzuyu?” tanyaku.

“Ta-da!”

Aku mengeryit melihat sebuah surat di tangannya. Maksudnya aku tak mengerti.

“Kau harus tau Unnie, ini adalah—“

Dia diam seraya menunjukkan surat itu di hadapanku. “Apa?” tanyaku tak mengerti.

“Seorang pemuda memberikan surat ini untukmu” ujarnya seraya memberikan padaku.

Aku mengambil surat itu, memperhatikannya seksama. “Pemuda mana?”

Dia tersenyum misterius. “Unnie, lihat disana” aku mengikuti arah tangannya yang mengarah kedepan.

Aku melihat sekumpulan pemuda sedang berjalan sambil tertawa lepas. Aku mengangguk lalu kembali menatap Tzuyu.

“Menurut Unnie siapa yang paling tampan dari semuanya?” tanyanya.

Aku memincingkan mataku. Kemudian aku tersenyum. “Yang memakai hoodie biru dongker” ujar
ku tersenyum malu.

“Astaga Unnie, dia tidak termasuk. Maksudku sekumpulan pemuda itu bukan
Jungkook!” kesal Tzuyu.

“Baiklah aku lihat dulu” dengan serius aku memperhatikan wajah-wajah pemuda itu.

“Aku tak tahu. Semuanya tampak biasa saja” lanjutku.

Tzuyu memutar bola matanya malas. “Unnie lihat, pemuda yang memiliki rambut abu-abu”

Aku menatap pemuda itu. Lalu aku mengangguk kepalaku. “Dialah yang paling tampan dari semuanya” lanjut Tzuyu seraya tersenyum sendiri.

Aku mengernyit. “Aku tak mengerti maksudmu. Aku tadi bertanya siapa pemuda yang mengirimku surat ini, tapi kau malah menanya
i siapa yang paling tampan dari sekumpulan pemuda itu.” Cercaku.

Tzuyu menyengir. “Ya itu, itu pemuda yang mengirim mu surat ini”

Dan saat itu pemuda itu menoleh padaku lalu tersenyum lembut padaku. Mau tak mau bibriku jadi ikut terangkat menjadi seulas senyuman.

“Jackson?”

***
“Akhir-akhir ini aku melihat kau dekat dengan Jackson, apa kalian mempunyai hubungan khusus?”

Aku menolah menatap
Jungkook seraya mengernyit. “Tidak. Kami hanya berteman saja” jawabku.

Semenjak Jackson mengirimku surat, saat itu ia mulai berani mendekati ku. Dan berhasil sekarang kami menjadi dekat. Dia bahkan sering sekali membuatku tertawa lepas. Ku akui ia memang pintar membuat hari-hariku yang suram menjadi berwarna kembali.
Jungkook pergi, Jackson datang, apa ini sebuah kebetulan.

Dan sekarang
Jungkook mendatangi rumahku. Lalu mengajakku berbicara di balkon. Sudah lama sekali pemuda itu tidak menemuiku, apa sekarang ia ingin aku meminta bantuanku?

“Tapi kenapa kalian tampak seperti sepasang kekasih?” tanyanya.

“Benarkah?”

Jungkook menoleh padaku. “Benarkah kau berpacaran dengannya?”

Aku mengangkat bahuku. “Ntahlah. Tapi sikap dia seperti membuatku merasakan kami berpacaran” terangku.

Aku bisa melihat dengan jelas rahang
Jungkook menjadi mengeras. “Aku tidak menyukai itu” ketusnya.

Aku mengernyit tidak mengerti. “Maksudmu?”

“Aku tidak suka kau dekat dengannya. Dia hanya mempermainkanmu”

Aku marah mendegar judge yang diberikan untuk Jackson. “Dari mana kau tau? Kau saja tidak mengenalinya” ujarku sedikit mengeraskan suaraku.

“Aku bilang, aku tak menyukainya. Jadi lebih baik kau tinggalkan dia.” Tegasnya.

Mendengar itu aku menjadi emosi. “Maaf
Jungkook-ah kau tidak bisa melarang ku berteman dengan siapa pun. Bukankah kita sudah tidak dekat lagi? Lebih baik kau urusin masalah percintaanmu dengan Mina. Jangan ganggu aku!”  

Aku langsung saja bangkit dari dudukku, lalu pergi meninggalkannya. Sungguh aku kesal dengan dirinya. Kenapa dia malah melarangku berdekatan de
ngan Jackson, dia tak punya hak.

***
“Unnie”

“Apa?” aku menoleh menatap Tzuyu.

Jungkook oppa ada di depan”

Aku menghela nafas dengan kasar lalu melangkah keluar kamarku. Mau apalagi pemuda itu mendatangiku, apa dia tak puas menjelekkan Jackson di depanku? Padahal ia tak mengenali Jackson sama sekali.

“Bisa kita berbicara berdua?”

Aku mengangguk.

Dia membawaku ke balkon. Mendadak aku menjadi teringat kejadian 1 bulan yang lalu saat aku marah-marah dengannya. Aku menjadi merasa kasihan dengannya.

“Ada apa?” tanyaku.

“Apa kabarmu?” ujarnya seraya tersenyum.

“Aku baik” jawabku membalas senyumnya. Rasa kesal ku yang dulu hilang begitu saja hanya karena senyum manisnya ini.

Dia mengangguk. “Baguslah”

Hening beberapa detik. Rasanya tiba-tiba saja menjadi canggung.

“Bagaimana hubunganmu dengan Mina?” tanyaku memecahkan keheningan.

“Ntahlah dia perlahan berubah. Dia selalu tersenyum pada setiap pemuda. Aku merasa dia tidak menyukaiku lagi” jelasnya dengan menghadang ke langit malam.

Aku menoleh menatapnya dari samping. Tiba-tiba saja hatiku menjadi menghangat. Ini seperti dimana kami masih dekat seperti dulu lagi. Sebelum Mina merusak kedekatan kami. Aku jadi merindukan saat-saat itu.

“Tapi—“ dia menoleh padaku.

“Aku sama sekali tidak merasa cemburu”

Aku menatapnya bingung. “Kenapa bisa begitu?”

Dia mengedikkan bahunya. Lalu ia kembali mengadah ke langit. “Ntahlah, aku merasa biasa saja”

“Jihyo-ah?” panggil
nya.

“Mmh..” aku berdehem lalu menoleh padanya.

“Kita teman kan?”

Aku mengernyit, pertanyaan macam apa itu. “Tentu saja”

“Tapi— kenapa disini” ia memegang dadanya seraya menatapku dalam, membuatku menjadi gugup.

“Rasanya berdetak lebih kencang dari biasanya jika berdekatan denganmu”

Aku meneguk ludahku. Terkejut dengan ucapan
Jungkook yang tidak masuk akal untukku. Apa maksudnya itu?

Aku tak tau lagi mau berkata apa lagi. Yang kulakukan hanya diam saja. Apa yang harus kukatakan lagi? Jantungku juga berdetak lebih kencang saat ini.

“Aku tidak suka melihatmu berdekatan dengan Jackson. Rasanya disini perih” lanjutnya masih memegang dadanya.

Sekali
lagi, aku hanya diam seperti patung menatap matanya.

“Jihyo-ah, sepertinya aku menyukai dirimu”

Jungkook-ah”

***
Pernyataan kemarin masih tergiang di kepalaku. Apa yang dikatakan
Jungkook benar? Atau itu hanya menggodaku saja? Tapi kenapa Jungkook menatapku sangat berbeda dari biasanya. Dia menatapku seakan— ah sudahlah lupakan saja.

Aku berjalan menuju kelasku. Tapi mendadak langkahku berhenti melihat seorang pemuda dengan senyum manisnya berjalan mendekati ku. Nafasku rasanya seperti berhenti. Ini canggung bertemu dengannya setelah kejadian kemarin. Apa yang harus ku katakan nanti.

“Pagi.. apa tidur nyenyak?”

Dia sudah berjalan di sampingku dan tak lupa senyum manisnya yang membuatku menjadi meleleh. “Ah ya. Bagaimana denganmu?” ini sungguh canggung.

“Aku tidak tidur dengan nyenyak. Sejak pernyataanku kemarin, aku takut kau menolakku”

Jungkook-ah.

***
Apa ini, kenapa sekarang menjadi seperti ini.
Jungkook menjadi berubah. Di kelas dia selalu melrikku sambil tersenyum sendiri. Dan terkadang dia juga suka malu-malu sendiri kalau aku menangkapnya saat dia melirikku. Mengingat pernyataan kemarin, membuatku merasa yakin Jungkook menyukaiku. Tapi apa benar? Lalu bagaimana dengan Mina.

“Apa kau mau menjadi kekasih ku?”

Aku mematung. Kata-kata itu terlontar begitu saja dari bibir
Jungkook. Hampir saja aku lupa bernafas. Jantungku kembali berdetak lebih kencang. Tanganku menjadi dingin. Ada apa denganku?

“Apa yang kau katakan?” cicitku.

Dia menggapai tanganku lalu menggenggamnya. Rasanya hangat sangat hangat.

“Aku menyukaimu. Sebenarnya sudah lama aku menyukaimu. Tapi aku tidak menyadarinya. Aku malah tertarik pada Mina karena kecantikannya. Aku tidak melihat dirimu yang lebih cantik dari semua wanita. Baik wajah ataupun hatimu, aku sungguh menyukainya—“

Dia menarik nafasnya dalam lalu menghembuskannya perlahan. “—jadi maukah kau menjadi kekasihku?”

Aku tidak tau lagi harus mengatakan apa lagi. “Mina?”

Dia tersenyum. “Aku sudah bilang aku tertarik pada Mina karena kecantikannya.”

“Lalu kau tertarik padaku karena apa?” kata-kata itu keluar begitu saja.

“Tidak ada alasan. Semuanya dalam dirimu, aku menyukainya”

Kata-kata itu sukses membuat rona merah di pipiku.

“Bagaimana?”

“Bagaimana dengan Mina?”

“Kami sudah lama berakhir. Aku ingin memberitahumu tapi kau terlalu sibuk deng
an duniamu.”

Aku hanya diam menunggu ucapan
Jungkook.

“Jadi bagaimana?”

“Bagaiaman apa?” tanyaku malu-malu berpura-pura tidak tahu.

Dia kembali menarik nafasnya. “Apa kau mau menjadi kekasihku?”

Dan saat itu aku menganggukkan kepalaku dengan malu-malu.

Dia langsung menarikku kedalam pelukannya. Dan aku benar-benar menikmati pelukan ini.

“Sejujurnya aku menyukaimu sudah lama” jujurku di pelukannya.

“Aku tahu”

“Ha—“

“Aku hanya mendiaminya karena aku suka wajah cemburu mu”

Dengan pelan aku memukul punggungnya. Kami pun tertawa bersama. Sungguh, inilah yang kuharapkan dari dulu. Berada di pelukannya dengan status kekasih bukan teman seperti dulu lagi.


***
END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar