Jeon Jungkook & Park Jihyo
|“Ini berdetak lebih kencang, bukankah ini cinta?"|
Jennie
memutar bola matanya malas lalu berdecak setelah melihat seorang pemuda telah
berdiri di ambang pintu kelasnya seperti sedang mencari seseorang. Dengan cepat
dia membenamkan kepalanya, berpura-pura seolah tidur.
Tapi seseorang merusak rencananya, Jihyo malah mengguncangkan tubuhnya dengan kuat. “Jennie, ada Jungkook” bisik Jihyo.
Jennie kembali berdecak, terpaksa ia bangun lalu menatap tajam Jihyo yang duduk tepat di depannya. “Kenapa kau membangunkanku, biarkan saja dia” ujar Jennie pelan dengan pelotan.
Pemuda yang tadi berdiri di ambang pintu tersenyum lebar saat melihat gadis yang sedari tadi ia cari. Dengan pasti, ia melangkah mendekati gadis itu.
“Jennie”
Baru saja pemuda itu memanggil Jennie, gadis itu langsung berdiri menatap pemuda itu tak suka. “Kenapa kau kesini?” tanyanya tak suka.
Pemuda itu tetap tersenyum walaupun perkataan tak suka Jennie. “Aku sedang mencarimu, apa kau sibuk?”
“Aku selalu sibuk! Sekarang pergi dari kelasku” tekan Jennie dengan masih menatap pemuda itu tak suka.
Jihyo yang sedari tadi hanya menyaksikan mereka berdua, akhirnya berdiri. “Jennie, kau tak boleh seperti itu” tegur Jihyo.
Jennie beralih menatap Jihyo, “Yasudah kau saja yang menemaninya, aku tak punya waktu bersamanya” ujar Jennie lalu dia melangkah pergi meninggalkan kelasnya sendiri dengan perasaan kesal.
Setelah kepergian Jennie, Jihyo beralih menatap pemuda itu dengan prihatin. “Maafkan Jennie”
Pemuda itu tetap saja tersenyum. “Tak apa, aku sudah biasa”
“Apa mau ku temani?” tawar Jihyo.
Pemuda itu menggeleng kecil. “Tak usah, aku lihat kau punya PR yang menumpuk di mejamu” tolak pemuda itu halus sambil melirik meja Jihyo yang penuh dengan buku pelajaran.
Jihyo menyengir sambil menggarut rambutnya yang tak gatal sama sekali. “Iya sih”
“Yasudah aku pergi dulu ya”
Jihyo masih menatap kepergian pemuda itu dari ambang pintu kelasnya, lalu dia menggeleng kecil. “Sudah tampan, sabar, baik lagi, siapa sih yang tidak tertarik dengannya, apa mata Jennie rusak ya?”
***
“Jungkook lempar sini”
Jungkook segera melemparkan bola basket yang di tangannya kearah Mingyu. Lalu dia berlari mendekati Hoshi, lawannya. Kedua tangannya terangkat keatas memberikan instruksi pada Mingyu agar memberikan bola padanya. Mingyu yang mengerti langsung melemparkannya pada Jungkook, dengan cepat Jungkook menangkapnya lalu memasukkannya ke dalam ke ranjang basket itu.
Suara sorakkan langsung keluar begitu saja dari penonton saat melihat bola telah masuk ke keranjang basket. Jungkook tersenyum puas, lalu ia langsung berlari kearah temannya kemudian bertos ria.
Di sisi lain, Jihyo yang menontonnya berdiri lalu bertepuk dengan antusias. Sedangkan di sebelahnya, Jennie malah menopang dagunya malas lalu menguap.
Matanya malah bosan melihat permainan basket sekolahnya. Tak sengaja matanya menangkap Jungkook yang juga sedang meliriknya sambil tersenyum manis, tapi ia malah membuang mukanya.
Jihyo yang melihat itu menduduki dirinya kembali lalu menyenggol Jennie. “Enaknya dapat senyuman Jungkook” goda Jihyo.
Jennie menatap Jihyo malas. “Aku tidak merasakan enak, yang ada muak” ujarnya.
Jihyo memilih kembali bersorak daripada melayani Jennie.
“Bisakah kita kembali!” teriak Jennie di kerumuan sorak-sorak penonton.
“Tidak!” balas Jihyo tanpa beralih.
***
Suara bisikan mulai menggema di seluruh kelas Jennie saat Jungkook datang memasuki kelasnya dengan membawa sebuket bunga mawar.
Jennie yang melihat itu menggiggit bibir bawahnya, dia bukan tersipu melainkan malu. Segera dia membenamkan kepalanya.
Dengan senyum yang menawan Jungkook mendekati bangku Jennie, jantungnya kini berdetak lebih kencang melihat gadis itu. Walaupun ia tahu Jannie berpura-pura tidur karena kehadirannya.
Setelah dia sampai di bangku Jennie, dia langsung menyenggol bahu gadis itu.
Jennie menggeram marah. Ia tarik nafasnya dalam, akhirnya ia meneggakkan tubuhnya kembali. Sedikit mendongak menatap Jungkook tak suka. “Ada apa!” Tanyanya langsung.
Jungkook langsung saja berjongkok di sisi bangku gadis itu sambil menyerahkan sebuket bunga mawar itu di hadapan Jennie.
Spontan kelas langsung bersorak tidak jelas, bahkan dari kelas lain ada yang ikut melihatnya bersusah payah menerobos dari luar jendela kelas itu.
Jennie menganga tidak percaya. Apa yang dilakukan pemuda itu? Sehingga membuatnya menjadi semakin malu. Matanya beralih menatap Jihyo tajam, saat gadis itu berteriak sambil bertepuk tangan antusias.
“Apa kau mau menjadi kekasih ku?”
Pernyataan itu membuat Jennie hampir saja pingsan. Segera dia berdiri dari bangkunya. “Aku tidak mau! Aku tidak suka denganmu, jangan mengangguku! Pergilah!” Jennie langsung pergi begitu saja, menerobos siswa-siswa yang menhalangi pintu kelasnya.
Jungkook? Tentu saja pemuda itu punya hati. Semua juga tau dia pasti merasakan perih yang amat dalam. Tapi reaksi pemuda itu tetap tersenyum, tapi dengan senyum yang berbeda sebelumnya. Senyum yang perih. Segera dia berdiri, perlahan dia menarik nafasnya dalam lalu membuangnya dengan kasar. Sudah biasa untuknya dengan perlakuan Jennie pada dirinya.
“Kau tak apa?” Tanya Jihyo menatap Jungkook.
Jungkook hanya menggeleng. “Tak apa” jawabnya singkat.
“Maafkan Jennie”
Jungkook hanya tersenyum tipis. Setelah itu ia langsung pergi meninggalkan kelas itu dengan perasaan yang amat sakit.
***
“Ya!”
Jennie memutar bola matanya malas saat melihat Jihyo membuka pintu kamarnya dengan kasar. “Apa?” tanyanya singkat lalu ia kembali sibuk membaca komiknya di tempat tidurnya.
“Kenapa kau jahat sekali dengannya”
Jennie menghela nafasnya. “Aku tidak jahat. Aku hanya mengakui yang sebenarnya, kalau aku memang tidak menyukainya” jawabnya santai sambil membalikkan halaman selanjut komiknya.
Jihyo menatap Jennie tak suka. Tiba-tiba saja tangannya terkepal sendiri. “Jika kau tak suka, kenapa tidak bilang dari awal. Kau tidak melihat wajahnya tadi? Dia malu dan dia juga punya hati. Setidaknya kau menolaknya dengan halus bukan cara seperti tadi. Aku tak tahu ternyata kau gadis yang jahat. Pemuda baik menyukaimu, tapi kau malah menyianyiakannya”
Jennie mengangkat kepalanya, ia menatap Jihyo dengan santai. “Kalau kau suka dengannya, bilang saja”
Jihyo terdiam, membuat Jennie menarik ujung bibirnya.
“Baiklah, kalau saja Jungkook jatuh cinta padaku, aku tak akan membiarkanmu mengambilnya lagi dari ku” setelah Jihyo mengatakannya, ia langsung keluar dari kamar Jennie. Lama-lama dia menjadi kesal, marah, dan benci dengan perlakuan sahabatnya.
***
Jungkook tersenyum lembut saat melihat Jennie dan Jihyo berjalan berlawanan kearahnya. Tentu saja senyumnya hanya untuk Jennie, tapi seperti biasa gadis itu malah melengos melirik yang lain. Yang ada Jihyo yang membalas senyumnya.
Saat berpaspasan, Jihyo menghentikan jalan Jungkook. “Apa kita nanti bisa jalan?”
Itu seperti tawaran, Jungkook sebentar melirik Jennie, kemudian dia mengangguk sambil tersenyum. “Baiklah” terimanya.
“Assaa” seru Jihyo kegirangan.
Jennie yang mendengar itu mendengus, lalu ia memilih pergi meninggalkan mereka berdua.
***
“Jadi kenapa kau ingin kita jalan?”
Pertanyaan Jungkook itu membuat Jihyo menyengir. Ia terdiam sebentar alasan apa yang ia buat.
“Jungkook”
Jungkook menghentikan langkahnya saat Jihyo tiba-tiba berhenti. Dia mengangkat alisnya satu.
“Aku ingin membuatmu jatuh cinta padaku”
Jungkook terdiam. Ia menatap Jihyo tak percaya. Apa yang baru saja di dengarnya tidak mimpi? Ia malah tetawa renyah. “Kenapa kau mengatakan seperti itu”
Jihyo mengerucutkan bibirnya. “Apa aku salah? Aku kasihan lihat dirimu yang selalu tidak di perdulikan Jennie”
Jungkook tak menjawab ia hanya menatap Jihyo. Gadis itu malah tersipu membuatnya menundukkan kepalanya. “Kau tampan, baik, ramah, dan juga sabar. Tapi kenapa Jennie tak menyukaimu padahalkan kau pemuda yang hampir sempurna” ujar Jihyo dengan jujur tanpa malu-malu mengatakannya.
Jihyo mendongakkan kepalanya karena tak ada jawaban yang terdengar dari mulut Jungkook. “Kenapa kau diam saja? Apa kau menolakku?”
Jungkook tersadar. “Jadi kau memintaku menjadi pacarmu?”
Jihyo mengangguk cepat dengan mata yang berbinar. Jungkook terdiam sebentar berpikir sejenak. “mmhh… bagaimana ya”
Jihyo tetap menatap Jungkook dengan harapan, gadis itu tampak serius sekali melihat Jungkook, membuat pemuda itu tertawa kembali. Spontan ia mengusap kepala Jihyo. “Maaf Jihyo, kau sudah seperti adikku. Dan hatiku hanya untuk Jennie.”
Seharusnya Jihyo biasa saja dengan tolakan itu, tapi sebaliknya kenapa ia malah merasakan hatinya sakit. Ia sedikit mendongak menatap Jungkook dalam.
“Kenapa... kenapa hatiku menjadi sakit saat mendengar penolakanmu?” jujur Jihyo dengan suara yang mulai serak.
Jungkook terdiam saat melihat mata Jihyo mulai berair. “Astaga, apa aku salah berbicara”
Jihyo menggeleng dengan cepat, tapi itu membuat air matanya menjadi jatuh. “Tidak... ta—tapi kenapa hatiku jadi sakit”
“Maafkan aku Jihyo, jangan menangis”
Jihyo langsung menghapus air matanya dengan kasar. “Maafkan aku karena menangis tiba-tiba. Aku tidak tahu kenapa aku jadi seperti ini.” Setelah mengatakan itu, Jihyo langsung berlari meninggalkan Jungkook dengan perasaan yang sakit.
Jungkook menatap kepergian Jihyo dengan perasaan bersalah.
***
Jihyo tersenyum sumringah saat melihat Jungkook berjalan di depannya masih membawa tas sekolahnya, itu artinya pemuda itu baru saja datang ke sekolah sama sepertinya. Dengan cepat dia menyamakan langkah kakinya dengan Jungkook.
“Annyeong” sapanya dengan gembira.
Jungkook mengalihkan pandangannya ke sampingnya. Ia ikut tersenyum melihat Jihyo tersenyum dengannya. “Apa tidurmu nyenyak?” tanya Jungkook sambil berjalan.
Jihyo menggeleng. “Tidak, aku selalu memikirkan tolakan mu semalam. Aku tak tahu kenapa menjadi seperti ini.”
Jungkook terdiam, mendadak ia menghentikan kakinya. Kemudian dia beralih menghadap Jihyo. “Apa kau mencintaiku?”
Jihyo terlihat berpikir. “Memangnya cinta itu seperti apa?”
Baru saja Jungkook membuka mulutnya, seseorang memanggilnya membuatnya mengalihkan pandangannya.
“Jungkook, apa kau sudah menyelesaikan PR?”
Mingyu datang menghampiri Jungkook. “Sudah” jawab Jungkook.
Jungkook kini beralih menatap Jihyo. “Aku masuk dulu. Kau juga” setelah itu ia dan Mingyu pergi meninggalkan Jihyo sendirian.
***
Jihyo masih memikirkan perkataan Jungkook tadi. Cinta? Cinta itu seperti apa? Kenapa ia malah bingung dengan kata itu, bukankah kemarin ia meminta Jungkook untuk membuat pemuda itu jatuh cinta dengan dirinya, tapi kenapa ia malah bingung dengan kata itu.
Matanya tak sengaja melirik Lisa yang duduk di seberang sana. “Lisa” panggilnya.
Lisa yang tadi asik membaca bukunya beralih menatap Jihyo sambil mengernyit.
“Cinta itu apa?”
Petanyaan polos dari Jihyo mampu membuat Lisa tertawa terpingkal-pingkal. “Hahaa... astaga Jihyo!”
Jihyo menatap Lisa bingung, kenapa Lisa malah tertawa padahalkan dia bertanya yang wajar saja.
“Kenapa kau malah tertawa, aneh sekali” karena kesal Jihyo lebih memilih keluar dari kelasnya daripada melayani Lisa yang sibuk dengan tawanya.
***
“Jungkook!”
Panggilan seseorang membuat Jungkook menghentikan langkahnya. Kemudian berbalik mencari asal suara itu.
“Ah! Senangnya aku menemukanmu” teriak Jihyo girang kemudian berlari mendekati Jungkook.
Jungkook hanya tertawa kecil. “Ada apa? Kenapa kau mencariku?” tanya Jungkook.
Jihyo tampak berpikir, lalu dia menggeleng. “Ntahlah, kenapa aku ingin sekali bertemu denganmu” ujar Jihyo.
Jungkook bingung mau mengatakan apa lagi, rasanya sekarang ia seperti berbicara dengan anak kecil yang sangat polos.
Tiba-tiba Jihyo teringat sesuatu. “Ah, bolehkah kau menjelaskan cinta itu apa?”
Jungkook terkejut dengan ucapan Jihyo. Bahkan anak kecil polos itu pun meminta dirinya menjelaskan tentang cinta.
“Tapi... aku mau latihan basket” ujar Jungkook, sebenarnya ia juga sedang mengelak permintaan Jihyo yang membuatnya membingungkan.
“Aku akan menunggu” ujar Jihyo pasti.
***
Jihyo terdiam memperhatikan bunga mawar yang ada di hadapannya kini. Bunga mawar yang pernah Jungkook berikan untuk Jennie, tapi ia malah meminta bunga itu untuk dirinya.
Ntah kenapa tiba-tiba jantungnya berdetak lebih kencang mengingat ucapan Jungkook tadi. Dan pipinya mendadak menjadi panas.
“Jadi cinta itu apa?”
Jungkook memperhatikan wajah Jihyo yang tampak serius menatapnya. “Apa kau ingin sekali tau?”
Jihyo mengangguk antusias. “Tentu saja.”
Jungkook beralih menatap ke depan, tempat dimana teman-temannya masih latihan, sedangkah dia malah memilih mendatangi Jihyo karena tak tega membiarkan gadis itu menunggunya terlalu lama.
“Cinta itu perasaan yang tak ada seorangpun bisa mengetahui kapan datangnya, dan itu sesuatu yang murni dan tulus. Contohnya seperti saat kita sedang melihat seseorang dan itu membuat jantung kita berdetak dengan kencang, bahkan kadang kita menjadi bertingkah konyol di hadapannya. Dan kita juga akan merasakan sakit saat melihat seseorang itu bersama pemuda atau gadis lain dengan senyuman”
Jungkook kini beralih menatap Jihyo. “Seperti yang kulakukan kemarin, saat meminta Jennie menjadi kekasihku, tapi ia malah menolakku mentah-mentah, bukankah itu konyol? Tanpa berpikir panjang aku menemuinya walaupun sudah tau dia sangat tidak menyukaiku”
Jihyo hanya dia menatap Jungkook dalam. Satu tangannya terangkat. “Lalu… apa ini disebut cinta? Jantungku juga berdetak lebih kencang saat melihatmu”
“AAh! Aku bisa gila” teriak Jihyo tidak jelas sambil tersenyum.
“Sepertinya aku mencintaimu Jungkook” lanjutnya sambil menciumi bunga mawar itu.
***
Jungkook memperhatikan Jennie dari kejahuan. Ia tersenyum tipis melihat gadis itu makan dengan lahap. Mungkin rasa sukanya pada Jennie tak pernah hilang, lihatlah matanya saja masih tertarik memperhatikan gerak-gerik gadis manis itu.
Tiba-tiba Mingyu mengikuti arah pandang Jungkook. “Apa kau mau membuat dirimu malu lagi”
Jungkook tak membalasnya, dia tetap memperhatikan Jennie. Mingyu mendengus dan ia kembali memakan makananya.
“Jangan lupa makan, sebentar lagi bel berbunyi. Apa kau mau mati hanya karena memperhatikannya” peringat Mingyu.
Jungkook tetap tak menjawab, tapi menuruti perkataan Mingyu. Sambil menyuapkan makanan ke mulutnya, matanya tetap memperhatikan Jennie.
PRANGG!!
Suara piring jatuh dengan keras membuat semua mata yang ada di kantin sekolah itu menoleh keasal suara tersebut. Termasuk Jungkook dan Jennie.
“Astaga, maafkan aku. Aku tak melihat jalan”
Ternyata Jihyo lah penyebabnya, gadis itu tak sengaja menabrak Wonwoo karena keasyikan memperhatikan Jungkook.
Segera Jihyo berjongkok mengambil bongkahan piring makanannya yang sudah pecah berhamburan. Wonwoo ikut berjongkok di hadapan Jihyo.
“Aku juga minta maaf, aku tidak memperhatikan jalanku” sesal Wonwoo ikut mengambil bongkahan itu.
“Eh... tak usah, aku saja”
“Tak apa”
“Hei kalian berdua berdiri biar aku saja”
Jihyo dan Wonwoo kemudian berdiri saat petugas kebersihan sekolahnya datang sambil membawa sapu.
“Sekali lagi maafkan aku, apa kau terluka” tanya Jihyo dengan cemas sambil memperhatikan tangan Wonwoo.
“Ah tidak sama sekali. Apa kau terluka juga?”
Jihyo menghela nafas. “Syukurlah. Aku juga tidak”
“Wonwoo”
Pemuda itu langsung mengajukan tangannya. Dan langsung di gapai Jihyo. “Jihyo” ujarnya sambil tersenyum manis.
***
Setelah berkenalan dengan Wonwoo, Hari-hari Jihyo sekarang di penuhi pemuda itu. Hampir setiap hari Wonwoo menemuinya ntah sekedar mengatakan hal-hal apa saja, bahkan terkadang tidak penting untuknya. Seperti sekarang ini Wonwoo telah berdiri di ambang kelasnya sambil tersenyum menatap dirinya.
Jihyo ikut membalas senyuman Wonwoo. Tapi dalam hati dia sedikit kesal juga, kenapa Wonwoo menghampirinya lagi, padahalkan ia mau menemui Jungkook.
“Mau ikut denganku?” ajak Wonwoo dengan senyuman yang tak pernah lepas.
Jihyo tak tega dengan senyuman itu. Akhirnya ia mengangguk walaupun hatinya sama sekali tidak menginginkannya.
Wonwoo langsung saja menarik Jihyo keluar dari kelas gadis itu.
***
Jihyo menghentikan langkahnya saat melihat pemuda yang selama ini ingin ia temui. Ia memandang dari kejauhan gerak-gerik pemuda itu. Bukannya bahagia, ia malah merasakan sakit di dadanya, bahkan ia seperti merasakan sesak untuk bernapas.
“Ada apa?” Tanya Wonwoo bingung, dia mengikuti arah pandang Jihyo.
Jihyo menggigit bibir bawahnya. Rasanya ia mau menangis saja saat melihat Jungkook menyatukan jari-jarinya ke dalam jari-jari Jennie. Dan yang membuatnya semakin merasakan sakit yakni senyum Jungkook dan Jennie. Mereka benar-benar seperti sepasang kekasih.
Tapi tunggu? Sejak kapan Jennie menjadi tersipu karena perlakuan Jungkook itu, bukankah gadis itu membenci Jungkook, lalu kenapa sekarang kebalikannya?
Apakah sekarang Jennie sudah mencintai Jungkook? Lalu bagaimana dengan hatinya? Terlempar begitu saja kah?
“Kau menyukai Jungkook?”
Jihyo beralih menatap Wonwoo. Dia menganggukkan kepalanya dengan lemas. “Aku mencintainya, tapi dia malah mencintai Jennie.” Ujar Jihyo dengan suara serak, perlahan air matanya meluncur dari pipinya.
“Wonwoo-ah apa ini namanya patah hati?”
Wonwoo tak tahu lagi harus berkata apa. Tentu saja dia menjadi merasa kasihan dengan Jihyo dan tak tega melihat gadis itu menangis. Langsung saja ia menarik Jihyo ke dalam pelukannya mencoba menghentikan tangis gadis itu.
“Sudahlah, tak apa”
Wonwoo mengelus kepala Jihyo dengan pelan mencoba menghibur gadis itu. Tapi Jihyo malah semakin menangis deras dan membuatnya kesakitan akibat pelukan erat dari gadis itu.
Wonwoo membiarkan gadis itu menangis dalam pelukannya. Ia tahu rasanya patah hati, mungkin seperti yang di rasakannya sekarang. Tapi ia tak mungkin ikut menangis. Ia sadar Jihyo adalah gadis yang polos dan tak mengerti apa-apa dan Jungkook juga tidak berhak bersalah.
***
Jungkook termenung memperhatikan papan tulis yang ada di hadapannya sekarang. Pikirannya seperti kacau. Dan hatinya seperti ada yang berbeda. Segera dia menggelengkan kepalanya lalu mencoba kembali tersadar, langsung saja dia menghapus papan tulis itu.
“Jungkook?”
Jungkook mengalihkan pandangannya kearah sumber suara. Dan dilihatnya seorang gadis telah berdiri di ambang pintu kelasnya dengan wajah datar tanpa ekspresi apapun.
Jungkook hanya memperhatikan gadis itu tanpa bergerak. Tiba-tiba saja dia merasakan dadanya ada yang aneh. Tangannya terangkat memegang dadanya dengan kening berkerut, pikirannya bertanya, apa ini? Rasanya hatinya melompat kegirangan melihat gadis itu. Dan itu terkesan aneh untuknya. Sejak kapan dia menjadi bahagia melihat gadis itu.
“Apa kau sibuk?”
***
Jungkook berjalan beriringan dengan Jihyo, gadis yang tadi menemuinya di kelasnya. Ujung matanya asik melirik wajah manis gadis itu yang sedari tadi hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Tentu saja ini aneh untuknya, biasanya gadis itu akan mengoceh pada dirinya tapi kali ini kenapa berbeda?
“Jihyo?”
Jihyo menghentikan langkahnya, dia menghadap Jungkook. Ia menatap Jungkook lekat. Dan itu tiba-tiba membuatnya menjadi ingin menangis. Genangan air sudah menumpuk di pelupuk matanya dan siap terjun jika dia berkedip.
Jungkook yang melihat itu terkejut, kenapa Jihyo tiba-tiba menangis. “Ada apa?” tanyanya khawatir.
“Aku—Aku benar-benar mencintaimu” dan air matanya sukses turun karena kedipan matanya.
Jungkook hanya menganga tidak percaya.
“Seperti yang kau bilang, kalau cinta itu bisa datang dengan tidak kita ketahui. Sepertinya aku benar-benar mencintaimu. Saat melihatmu seperti ini membuat jantungku berdetak lebih kencang dan saat melihatmu bersama Jennie kemarin sambil tersenyum membuatku merasakan sakit”
Pernyataan itu membuat Jungkook terkejut. Kenapa gadis itu jujur sekali. Sekarang ia tak tahu harus berkata apa lagi.
“Kau tak percaya denganku? Kau bisa merasakan ini?” Jihyo mengangkat satu tangannya menuju dadanya yang kini berdetak lebih kencang.
“Ini berdetak lebih kencang, bukankah ini cinta?”
Tiba-tiba saja Jungkook menarik tangan Jihyo menuju dadanya. Dengan wajah yang serius ia menatap Jihyo. “Kau dapat merasakannya? Aku juga merasakannya”
Jihyo terdiam, ia dapat merasakan jantung Jungkook kini berdetak lebih kencang. Apakah ini..?
“Kau juga tidak tahu kan, aku juga merasakan sakit saat melihatmu bersama pemuda lain tersenyum manis. Kau pikir kau saja yang merasakannya, aku juga. Bahkan kau tak pernah lagi menemuiku karena sibuk menemuinya.”
Pernyataan Jungkook itu membuat Jihyo semakin menangis, tangannya kini beralih memukul dada Jungkook beberapa kali. “Kalau kau merasakannya, kenapa kau tak mengatakannya. Kenapa kau malah bermesraan dengan Jennie saat itu. Kenapa kau malah menggenggamnya dengan erat.”
Jungkook langsung menangkap tangan Jihyo menatap gadis itu tajam. “Lalu kenapa kau malah berpelukan dengan Wonwoo sedangkah aku ada disana. Apa kau tidak merasakan kehadiranku?”
Jihyo menghentakkan tangannya, lalu menghapus air matanya dengan kasar. “Kenapa kau menggenggamnya”
“Kenapa kau memeluknya”
Jihyo menggeram. “Aku memeluknya karena aku sedang patah hati, karena kau”
Jungkook menatap Jihyo intens. “Apa? Kau tak percaya?”
“Aku percaya” jawab Jungkook.
“Lalu kenapa kau menggenggamnya?”
Jungkook tak menjawab, pemuda itu hanya memainkan alisnya sambil tersenyum kecil.
“Kenapa malah tersenyum! Jawablah” ujar Jihyo tak sabaran.
“Kenapa? Apa kau mau ku genggam?”
Jihyo berdecak. “Lebih baik Wonwoo yang menggenggamku”
Mendengar itu Jungkook langsung menggenggam tangan Jihyo. “Cukup aku saja yang menggenggam tangan ini. Awas saja jika pemuda lain menggenggamnya.”
Jihyo menatap Jungkook tak suka, tapi dalam hatinya malah bersorak riang. “Memangnya kau siapa?” kesal Jihyo mencoba melepaskan tangannya. Tapi percuma tenaga Jungkook lebih besar darinya.
“Aku? Mulai sekarang kekasihmu, memangnya kenapa?” jawab Jungkook santai sambil tersenyum.
Jihyo tak bisa lagi menahannya, ia tersenyum lebar dan membalas genggaman tangan Jungkook. “Kenapa kau tidak romantis sama sekali denganku” ujar Jihyo dengan wajah cemburut.
Jungkook mengusap kepala Jihyo dengan lembut. “Cara itu sudah basi, lebih baik seperti ini.”
Jihyo hanya tersenyum, walaupun Jungkook tak memperlakukannya manis seperti saat pria itu dengan Jennie, tapi tetap saja hatinya sangat senang saat Jungkook mengatakan dirinya adalah kekasih pemuda itu.
Jungkook menangkup wajah Jihyo kemudian menatap gadis itu dalam. “Aku dan Jennie kemarin hanya latihan untuk drama cinderella yang akan tampil minggu depan.”
“Kau terpilih menjadi pangeran?” tanya Jihyo antusias.
Jungkook menganggukkan kepalanya. “Astaga kau memang cocok menjadi pangeran, tapi hanya pangeran hatiku” ujar Jihyo sambil mencubit gemas kedua pipi Jungkook.
Jungkook hanya tertawa, lalu ia memeluk Jihyo. Hatinya kini menyadari, siapa yang ia cinta dan siapa yang hanya ia kagumi. Perasaan kagum hanya sementara tapi cinta? Mungkin selamanya.
***
END
Tapi seseorang merusak rencananya, Jihyo malah mengguncangkan tubuhnya dengan kuat. “Jennie, ada Jungkook” bisik Jihyo.
Jennie kembali berdecak, terpaksa ia bangun lalu menatap tajam Jihyo yang duduk tepat di depannya. “Kenapa kau membangunkanku, biarkan saja dia” ujar Jennie pelan dengan pelotan.
Pemuda yang tadi berdiri di ambang pintu tersenyum lebar saat melihat gadis yang sedari tadi ia cari. Dengan pasti, ia melangkah mendekati gadis itu.
“Jennie”
Baru saja pemuda itu memanggil Jennie, gadis itu langsung berdiri menatap pemuda itu tak suka. “Kenapa kau kesini?” tanyanya tak suka.
Pemuda itu tetap tersenyum walaupun perkataan tak suka Jennie. “Aku sedang mencarimu, apa kau sibuk?”
“Aku selalu sibuk! Sekarang pergi dari kelasku” tekan Jennie dengan masih menatap pemuda itu tak suka.
Jihyo yang sedari tadi hanya menyaksikan mereka berdua, akhirnya berdiri. “Jennie, kau tak boleh seperti itu” tegur Jihyo.
Jennie beralih menatap Jihyo, “Yasudah kau saja yang menemaninya, aku tak punya waktu bersamanya” ujar Jennie lalu dia melangkah pergi meninggalkan kelasnya sendiri dengan perasaan kesal.
Setelah kepergian Jennie, Jihyo beralih menatap pemuda itu dengan prihatin. “Maafkan Jennie”
Pemuda itu tetap saja tersenyum. “Tak apa, aku sudah biasa”
“Apa mau ku temani?” tawar Jihyo.
Pemuda itu menggeleng kecil. “Tak usah, aku lihat kau punya PR yang menumpuk di mejamu” tolak pemuda itu halus sambil melirik meja Jihyo yang penuh dengan buku pelajaran.
Jihyo menyengir sambil menggarut rambutnya yang tak gatal sama sekali. “Iya sih”
“Yasudah aku pergi dulu ya”
Jihyo masih menatap kepergian pemuda itu dari ambang pintu kelasnya, lalu dia menggeleng kecil. “Sudah tampan, sabar, baik lagi, siapa sih yang tidak tertarik dengannya, apa mata Jennie rusak ya?”
***
“Jungkook lempar sini”
Jungkook segera melemparkan bola basket yang di tangannya kearah Mingyu. Lalu dia berlari mendekati Hoshi, lawannya. Kedua tangannya terangkat keatas memberikan instruksi pada Mingyu agar memberikan bola padanya. Mingyu yang mengerti langsung melemparkannya pada Jungkook, dengan cepat Jungkook menangkapnya lalu memasukkannya ke dalam ke ranjang basket itu.
Suara sorakkan langsung keluar begitu saja dari penonton saat melihat bola telah masuk ke keranjang basket. Jungkook tersenyum puas, lalu ia langsung berlari kearah temannya kemudian bertos ria.
Di sisi lain, Jihyo yang menontonnya berdiri lalu bertepuk dengan antusias. Sedangkan di sebelahnya, Jennie malah menopang dagunya malas lalu menguap.
Matanya malah bosan melihat permainan basket sekolahnya. Tak sengaja matanya menangkap Jungkook yang juga sedang meliriknya sambil tersenyum manis, tapi ia malah membuang mukanya.
Jihyo yang melihat itu menduduki dirinya kembali lalu menyenggol Jennie. “Enaknya dapat senyuman Jungkook” goda Jihyo.
Jennie menatap Jihyo malas. “Aku tidak merasakan enak, yang ada muak” ujarnya.
Jihyo memilih kembali bersorak daripada melayani Jennie.
“Bisakah kita kembali!” teriak Jennie di kerumuan sorak-sorak penonton.
“Tidak!” balas Jihyo tanpa beralih.
***
Suara bisikan mulai menggema di seluruh kelas Jennie saat Jungkook datang memasuki kelasnya dengan membawa sebuket bunga mawar.
Jennie yang melihat itu menggiggit bibir bawahnya, dia bukan tersipu melainkan malu. Segera dia membenamkan kepalanya.
Dengan senyum yang menawan Jungkook mendekati bangku Jennie, jantungnya kini berdetak lebih kencang melihat gadis itu. Walaupun ia tahu Jannie berpura-pura tidur karena kehadirannya.
Setelah dia sampai di bangku Jennie, dia langsung menyenggol bahu gadis itu.
Jennie menggeram marah. Ia tarik nafasnya dalam, akhirnya ia meneggakkan tubuhnya kembali. Sedikit mendongak menatap Jungkook tak suka. “Ada apa!” Tanyanya langsung.
Jungkook langsung saja berjongkok di sisi bangku gadis itu sambil menyerahkan sebuket bunga mawar itu di hadapan Jennie.
Spontan kelas langsung bersorak tidak jelas, bahkan dari kelas lain ada yang ikut melihatnya bersusah payah menerobos dari luar jendela kelas itu.
Jennie menganga tidak percaya. Apa yang dilakukan pemuda itu? Sehingga membuatnya menjadi semakin malu. Matanya beralih menatap Jihyo tajam, saat gadis itu berteriak sambil bertepuk tangan antusias.
“Apa kau mau menjadi kekasih ku?”
Pernyataan itu membuat Jennie hampir saja pingsan. Segera dia berdiri dari bangkunya. “Aku tidak mau! Aku tidak suka denganmu, jangan mengangguku! Pergilah!” Jennie langsung pergi begitu saja, menerobos siswa-siswa yang menhalangi pintu kelasnya.
Jungkook? Tentu saja pemuda itu punya hati. Semua juga tau dia pasti merasakan perih yang amat dalam. Tapi reaksi pemuda itu tetap tersenyum, tapi dengan senyum yang berbeda sebelumnya. Senyum yang perih. Segera dia berdiri, perlahan dia menarik nafasnya dalam lalu membuangnya dengan kasar. Sudah biasa untuknya dengan perlakuan Jennie pada dirinya.
“Kau tak apa?” Tanya Jihyo menatap Jungkook.
Jungkook hanya menggeleng. “Tak apa” jawabnya singkat.
“Maafkan Jennie”
Jungkook hanya tersenyum tipis. Setelah itu ia langsung pergi meninggalkan kelas itu dengan perasaan yang amat sakit.
***
“Ya!”
Jennie memutar bola matanya malas saat melihat Jihyo membuka pintu kamarnya dengan kasar. “Apa?” tanyanya singkat lalu ia kembali sibuk membaca komiknya di tempat tidurnya.
“Kenapa kau jahat sekali dengannya”
Jennie menghela nafasnya. “Aku tidak jahat. Aku hanya mengakui yang sebenarnya, kalau aku memang tidak menyukainya” jawabnya santai sambil membalikkan halaman selanjut komiknya.
Jihyo menatap Jennie tak suka. Tiba-tiba saja tangannya terkepal sendiri. “Jika kau tak suka, kenapa tidak bilang dari awal. Kau tidak melihat wajahnya tadi? Dia malu dan dia juga punya hati. Setidaknya kau menolaknya dengan halus bukan cara seperti tadi. Aku tak tahu ternyata kau gadis yang jahat. Pemuda baik menyukaimu, tapi kau malah menyianyiakannya”
Jennie mengangkat kepalanya, ia menatap Jihyo dengan santai. “Kalau kau suka dengannya, bilang saja”
Jihyo terdiam, membuat Jennie menarik ujung bibirnya.
“Baiklah, kalau saja Jungkook jatuh cinta padaku, aku tak akan membiarkanmu mengambilnya lagi dari ku” setelah Jihyo mengatakannya, ia langsung keluar dari kamar Jennie. Lama-lama dia menjadi kesal, marah, dan benci dengan perlakuan sahabatnya.
***
Jungkook tersenyum lembut saat melihat Jennie dan Jihyo berjalan berlawanan kearahnya. Tentu saja senyumnya hanya untuk Jennie, tapi seperti biasa gadis itu malah melengos melirik yang lain. Yang ada Jihyo yang membalas senyumnya.
Saat berpaspasan, Jihyo menghentikan jalan Jungkook. “Apa kita nanti bisa jalan?”
Itu seperti tawaran, Jungkook sebentar melirik Jennie, kemudian dia mengangguk sambil tersenyum. “Baiklah” terimanya.
“Assaa” seru Jihyo kegirangan.
Jennie yang mendengar itu mendengus, lalu ia memilih pergi meninggalkan mereka berdua.
***
“Jadi kenapa kau ingin kita jalan?”
Pertanyaan Jungkook itu membuat Jihyo menyengir. Ia terdiam sebentar alasan apa yang ia buat.
“Jungkook”
Jungkook menghentikan langkahnya saat Jihyo tiba-tiba berhenti. Dia mengangkat alisnya satu.
“Aku ingin membuatmu jatuh cinta padaku”
Jungkook terdiam. Ia menatap Jihyo tak percaya. Apa yang baru saja di dengarnya tidak mimpi? Ia malah tetawa renyah. “Kenapa kau mengatakan seperti itu”
Jihyo mengerucutkan bibirnya. “Apa aku salah? Aku kasihan lihat dirimu yang selalu tidak di perdulikan Jennie”
Jungkook tak menjawab ia hanya menatap Jihyo. Gadis itu malah tersipu membuatnya menundukkan kepalanya. “Kau tampan, baik, ramah, dan juga sabar. Tapi kenapa Jennie tak menyukaimu padahalkan kau pemuda yang hampir sempurna” ujar Jihyo dengan jujur tanpa malu-malu mengatakannya.
Jihyo mendongakkan kepalanya karena tak ada jawaban yang terdengar dari mulut Jungkook. “Kenapa kau diam saja? Apa kau menolakku?”
Jungkook tersadar. “Jadi kau memintaku menjadi pacarmu?”
Jihyo mengangguk cepat dengan mata yang berbinar. Jungkook terdiam sebentar berpikir sejenak. “mmhh… bagaimana ya”
Jihyo tetap menatap Jungkook dengan harapan, gadis itu tampak serius sekali melihat Jungkook, membuat pemuda itu tertawa kembali. Spontan ia mengusap kepala Jihyo. “Maaf Jihyo, kau sudah seperti adikku. Dan hatiku hanya untuk Jennie.”
Seharusnya Jihyo biasa saja dengan tolakan itu, tapi sebaliknya kenapa ia malah merasakan hatinya sakit. Ia sedikit mendongak menatap Jungkook dalam.
“Kenapa... kenapa hatiku menjadi sakit saat mendengar penolakanmu?” jujur Jihyo dengan suara yang mulai serak.
Jungkook terdiam saat melihat mata Jihyo mulai berair. “Astaga, apa aku salah berbicara”
Jihyo menggeleng dengan cepat, tapi itu membuat air matanya menjadi jatuh. “Tidak... ta—tapi kenapa hatiku jadi sakit”
“Maafkan aku Jihyo, jangan menangis”
Jihyo langsung menghapus air matanya dengan kasar. “Maafkan aku karena menangis tiba-tiba. Aku tidak tahu kenapa aku jadi seperti ini.” Setelah mengatakan itu, Jihyo langsung berlari meninggalkan Jungkook dengan perasaan yang sakit.
Jungkook menatap kepergian Jihyo dengan perasaan bersalah.
***
Jihyo tersenyum sumringah saat melihat Jungkook berjalan di depannya masih membawa tas sekolahnya, itu artinya pemuda itu baru saja datang ke sekolah sama sepertinya. Dengan cepat dia menyamakan langkah kakinya dengan Jungkook.
“Annyeong” sapanya dengan gembira.
Jungkook mengalihkan pandangannya ke sampingnya. Ia ikut tersenyum melihat Jihyo tersenyum dengannya. “Apa tidurmu nyenyak?” tanya Jungkook sambil berjalan.
Jihyo menggeleng. “Tidak, aku selalu memikirkan tolakan mu semalam. Aku tak tahu kenapa menjadi seperti ini.”
Jungkook terdiam, mendadak ia menghentikan kakinya. Kemudian dia beralih menghadap Jihyo. “Apa kau mencintaiku?”
Jihyo terlihat berpikir. “Memangnya cinta itu seperti apa?”
Baru saja Jungkook membuka mulutnya, seseorang memanggilnya membuatnya mengalihkan pandangannya.
“Jungkook, apa kau sudah menyelesaikan PR?”
Mingyu datang menghampiri Jungkook. “Sudah” jawab Jungkook.
Jungkook kini beralih menatap Jihyo. “Aku masuk dulu. Kau juga” setelah itu ia dan Mingyu pergi meninggalkan Jihyo sendirian.
***
Jihyo masih memikirkan perkataan Jungkook tadi. Cinta? Cinta itu seperti apa? Kenapa ia malah bingung dengan kata itu, bukankah kemarin ia meminta Jungkook untuk membuat pemuda itu jatuh cinta dengan dirinya, tapi kenapa ia malah bingung dengan kata itu.
Matanya tak sengaja melirik Lisa yang duduk di seberang sana. “Lisa” panggilnya.
Lisa yang tadi asik membaca bukunya beralih menatap Jihyo sambil mengernyit.
“Cinta itu apa?”
Petanyaan polos dari Jihyo mampu membuat Lisa tertawa terpingkal-pingkal. “Hahaa... astaga Jihyo!”
Jihyo menatap Lisa bingung, kenapa Lisa malah tertawa padahalkan dia bertanya yang wajar saja.
“Kenapa kau malah tertawa, aneh sekali” karena kesal Jihyo lebih memilih keluar dari kelasnya daripada melayani Lisa yang sibuk dengan tawanya.
***
“Jungkook!”
Panggilan seseorang membuat Jungkook menghentikan langkahnya. Kemudian berbalik mencari asal suara itu.
“Ah! Senangnya aku menemukanmu” teriak Jihyo girang kemudian berlari mendekati Jungkook.
Jungkook hanya tertawa kecil. “Ada apa? Kenapa kau mencariku?” tanya Jungkook.
Jihyo tampak berpikir, lalu dia menggeleng. “Ntahlah, kenapa aku ingin sekali bertemu denganmu” ujar Jihyo.
Jungkook bingung mau mengatakan apa lagi, rasanya sekarang ia seperti berbicara dengan anak kecil yang sangat polos.
Tiba-tiba Jihyo teringat sesuatu. “Ah, bolehkah kau menjelaskan cinta itu apa?”
Jungkook terkejut dengan ucapan Jihyo. Bahkan anak kecil polos itu pun meminta dirinya menjelaskan tentang cinta.
“Tapi... aku mau latihan basket” ujar Jungkook, sebenarnya ia juga sedang mengelak permintaan Jihyo yang membuatnya membingungkan.
“Aku akan menunggu” ujar Jihyo pasti.
***
Jihyo terdiam memperhatikan bunga mawar yang ada di hadapannya kini. Bunga mawar yang pernah Jungkook berikan untuk Jennie, tapi ia malah meminta bunga itu untuk dirinya.
Ntah kenapa tiba-tiba jantungnya berdetak lebih kencang mengingat ucapan Jungkook tadi. Dan pipinya mendadak menjadi panas.
“Jadi cinta itu apa?”
Jungkook memperhatikan wajah Jihyo yang tampak serius menatapnya. “Apa kau ingin sekali tau?”
Jihyo mengangguk antusias. “Tentu saja.”
Jungkook beralih menatap ke depan, tempat dimana teman-temannya masih latihan, sedangkah dia malah memilih mendatangi Jihyo karena tak tega membiarkan gadis itu menunggunya terlalu lama.
“Cinta itu perasaan yang tak ada seorangpun bisa mengetahui kapan datangnya, dan itu sesuatu yang murni dan tulus. Contohnya seperti saat kita sedang melihat seseorang dan itu membuat jantung kita berdetak dengan kencang, bahkan kadang kita menjadi bertingkah konyol di hadapannya. Dan kita juga akan merasakan sakit saat melihat seseorang itu bersama pemuda atau gadis lain dengan senyuman”
Jungkook kini beralih menatap Jihyo. “Seperti yang kulakukan kemarin, saat meminta Jennie menjadi kekasihku, tapi ia malah menolakku mentah-mentah, bukankah itu konyol? Tanpa berpikir panjang aku menemuinya walaupun sudah tau dia sangat tidak menyukaiku”
Jihyo hanya dia menatap Jungkook dalam. Satu tangannya terangkat. “Lalu… apa ini disebut cinta? Jantungku juga berdetak lebih kencang saat melihatmu”
“AAh! Aku bisa gila” teriak Jihyo tidak jelas sambil tersenyum.
“Sepertinya aku mencintaimu Jungkook” lanjutnya sambil menciumi bunga mawar itu.
***
Jungkook memperhatikan Jennie dari kejahuan. Ia tersenyum tipis melihat gadis itu makan dengan lahap. Mungkin rasa sukanya pada Jennie tak pernah hilang, lihatlah matanya saja masih tertarik memperhatikan gerak-gerik gadis manis itu.
Tiba-tiba Mingyu mengikuti arah pandang Jungkook. “Apa kau mau membuat dirimu malu lagi”
Jungkook tak membalasnya, dia tetap memperhatikan Jennie. Mingyu mendengus dan ia kembali memakan makananya.
“Jangan lupa makan, sebentar lagi bel berbunyi. Apa kau mau mati hanya karena memperhatikannya” peringat Mingyu.
Jungkook tetap tak menjawab, tapi menuruti perkataan Mingyu. Sambil menyuapkan makanan ke mulutnya, matanya tetap memperhatikan Jennie.
PRANGG!!
Suara piring jatuh dengan keras membuat semua mata yang ada di kantin sekolah itu menoleh keasal suara tersebut. Termasuk Jungkook dan Jennie.
“Astaga, maafkan aku. Aku tak melihat jalan”
Ternyata Jihyo lah penyebabnya, gadis itu tak sengaja menabrak Wonwoo karena keasyikan memperhatikan Jungkook.
Segera Jihyo berjongkok mengambil bongkahan piring makanannya yang sudah pecah berhamburan. Wonwoo ikut berjongkok di hadapan Jihyo.
“Aku juga minta maaf, aku tidak memperhatikan jalanku” sesal Wonwoo ikut mengambil bongkahan itu.
“Eh... tak usah, aku saja”
“Tak apa”
“Hei kalian berdua berdiri biar aku saja”
Jihyo dan Wonwoo kemudian berdiri saat petugas kebersihan sekolahnya datang sambil membawa sapu.
“Sekali lagi maafkan aku, apa kau terluka” tanya Jihyo dengan cemas sambil memperhatikan tangan Wonwoo.
“Ah tidak sama sekali. Apa kau terluka juga?”
Jihyo menghela nafas. “Syukurlah. Aku juga tidak”
“Wonwoo”
Pemuda itu langsung mengajukan tangannya. Dan langsung di gapai Jihyo. “Jihyo” ujarnya sambil tersenyum manis.
***
Setelah berkenalan dengan Wonwoo, Hari-hari Jihyo sekarang di penuhi pemuda itu. Hampir setiap hari Wonwoo menemuinya ntah sekedar mengatakan hal-hal apa saja, bahkan terkadang tidak penting untuknya. Seperti sekarang ini Wonwoo telah berdiri di ambang kelasnya sambil tersenyum menatap dirinya.
Jihyo ikut membalas senyuman Wonwoo. Tapi dalam hati dia sedikit kesal juga, kenapa Wonwoo menghampirinya lagi, padahalkan ia mau menemui Jungkook.
“Mau ikut denganku?” ajak Wonwoo dengan senyuman yang tak pernah lepas.
Jihyo tak tega dengan senyuman itu. Akhirnya ia mengangguk walaupun hatinya sama sekali tidak menginginkannya.
Wonwoo langsung saja menarik Jihyo keluar dari kelas gadis itu.
***
Jihyo menghentikan langkahnya saat melihat pemuda yang selama ini ingin ia temui. Ia memandang dari kejauhan gerak-gerik pemuda itu. Bukannya bahagia, ia malah merasakan sakit di dadanya, bahkan ia seperti merasakan sesak untuk bernapas.
“Ada apa?” Tanya Wonwoo bingung, dia mengikuti arah pandang Jihyo.
Jihyo menggigit bibir bawahnya. Rasanya ia mau menangis saja saat melihat Jungkook menyatukan jari-jarinya ke dalam jari-jari Jennie. Dan yang membuatnya semakin merasakan sakit yakni senyum Jungkook dan Jennie. Mereka benar-benar seperti sepasang kekasih.
Tapi tunggu? Sejak kapan Jennie menjadi tersipu karena perlakuan Jungkook itu, bukankah gadis itu membenci Jungkook, lalu kenapa sekarang kebalikannya?
Apakah sekarang Jennie sudah mencintai Jungkook? Lalu bagaimana dengan hatinya? Terlempar begitu saja kah?
“Kau menyukai Jungkook?”
Jihyo beralih menatap Wonwoo. Dia menganggukkan kepalanya dengan lemas. “Aku mencintainya, tapi dia malah mencintai Jennie.” Ujar Jihyo dengan suara serak, perlahan air matanya meluncur dari pipinya.
“Wonwoo-ah apa ini namanya patah hati?”
Wonwoo tak tahu lagi harus berkata apa. Tentu saja dia menjadi merasa kasihan dengan Jihyo dan tak tega melihat gadis itu menangis. Langsung saja ia menarik Jihyo ke dalam pelukannya mencoba menghentikan tangis gadis itu.
“Sudahlah, tak apa”
Wonwoo mengelus kepala Jihyo dengan pelan mencoba menghibur gadis itu. Tapi Jihyo malah semakin menangis deras dan membuatnya kesakitan akibat pelukan erat dari gadis itu.
Wonwoo membiarkan gadis itu menangis dalam pelukannya. Ia tahu rasanya patah hati, mungkin seperti yang di rasakannya sekarang. Tapi ia tak mungkin ikut menangis. Ia sadar Jihyo adalah gadis yang polos dan tak mengerti apa-apa dan Jungkook juga tidak berhak bersalah.
***
Jungkook termenung memperhatikan papan tulis yang ada di hadapannya sekarang. Pikirannya seperti kacau. Dan hatinya seperti ada yang berbeda. Segera dia menggelengkan kepalanya lalu mencoba kembali tersadar, langsung saja dia menghapus papan tulis itu.
“Jungkook?”
Jungkook mengalihkan pandangannya kearah sumber suara. Dan dilihatnya seorang gadis telah berdiri di ambang pintu kelasnya dengan wajah datar tanpa ekspresi apapun.
Jungkook hanya memperhatikan gadis itu tanpa bergerak. Tiba-tiba saja dia merasakan dadanya ada yang aneh. Tangannya terangkat memegang dadanya dengan kening berkerut, pikirannya bertanya, apa ini? Rasanya hatinya melompat kegirangan melihat gadis itu. Dan itu terkesan aneh untuknya. Sejak kapan dia menjadi bahagia melihat gadis itu.
“Apa kau sibuk?”
***
Jungkook berjalan beriringan dengan Jihyo, gadis yang tadi menemuinya di kelasnya. Ujung matanya asik melirik wajah manis gadis itu yang sedari tadi hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Tentu saja ini aneh untuknya, biasanya gadis itu akan mengoceh pada dirinya tapi kali ini kenapa berbeda?
“Jihyo?”
Jihyo menghentikan langkahnya, dia menghadap Jungkook. Ia menatap Jungkook lekat. Dan itu tiba-tiba membuatnya menjadi ingin menangis. Genangan air sudah menumpuk di pelupuk matanya dan siap terjun jika dia berkedip.
Jungkook yang melihat itu terkejut, kenapa Jihyo tiba-tiba menangis. “Ada apa?” tanyanya khawatir.
“Aku—Aku benar-benar mencintaimu” dan air matanya sukses turun karena kedipan matanya.
Jungkook hanya menganga tidak percaya.
“Seperti yang kau bilang, kalau cinta itu bisa datang dengan tidak kita ketahui. Sepertinya aku benar-benar mencintaimu. Saat melihatmu seperti ini membuat jantungku berdetak lebih kencang dan saat melihatmu bersama Jennie kemarin sambil tersenyum membuatku merasakan sakit”
Pernyataan itu membuat Jungkook terkejut. Kenapa gadis itu jujur sekali. Sekarang ia tak tahu harus berkata apa lagi.
“Kau tak percaya denganku? Kau bisa merasakan ini?” Jihyo mengangkat satu tangannya menuju dadanya yang kini berdetak lebih kencang.
“Ini berdetak lebih kencang, bukankah ini cinta?”
Tiba-tiba saja Jungkook menarik tangan Jihyo menuju dadanya. Dengan wajah yang serius ia menatap Jihyo. “Kau dapat merasakannya? Aku juga merasakannya”
Jihyo terdiam, ia dapat merasakan jantung Jungkook kini berdetak lebih kencang. Apakah ini..?
“Kau juga tidak tahu kan, aku juga merasakan sakit saat melihatmu bersama pemuda lain tersenyum manis. Kau pikir kau saja yang merasakannya, aku juga. Bahkan kau tak pernah lagi menemuiku karena sibuk menemuinya.”
Pernyataan Jungkook itu membuat Jihyo semakin menangis, tangannya kini beralih memukul dada Jungkook beberapa kali. “Kalau kau merasakannya, kenapa kau tak mengatakannya. Kenapa kau malah bermesraan dengan Jennie saat itu. Kenapa kau malah menggenggamnya dengan erat.”
Jungkook langsung menangkap tangan Jihyo menatap gadis itu tajam. “Lalu kenapa kau malah berpelukan dengan Wonwoo sedangkah aku ada disana. Apa kau tidak merasakan kehadiranku?”
Jihyo menghentakkan tangannya, lalu menghapus air matanya dengan kasar. “Kenapa kau menggenggamnya”
“Kenapa kau memeluknya”
Jihyo menggeram. “Aku memeluknya karena aku sedang patah hati, karena kau”
Jungkook menatap Jihyo intens. “Apa? Kau tak percaya?”
“Aku percaya” jawab Jungkook.
“Lalu kenapa kau menggenggamnya?”
Jungkook tak menjawab, pemuda itu hanya memainkan alisnya sambil tersenyum kecil.
“Kenapa malah tersenyum! Jawablah” ujar Jihyo tak sabaran.
“Kenapa? Apa kau mau ku genggam?”
Jihyo berdecak. “Lebih baik Wonwoo yang menggenggamku”
Mendengar itu Jungkook langsung menggenggam tangan Jihyo. “Cukup aku saja yang menggenggam tangan ini. Awas saja jika pemuda lain menggenggamnya.”
Jihyo menatap Jungkook tak suka, tapi dalam hatinya malah bersorak riang. “Memangnya kau siapa?” kesal Jihyo mencoba melepaskan tangannya. Tapi percuma tenaga Jungkook lebih besar darinya.
“Aku? Mulai sekarang kekasihmu, memangnya kenapa?” jawab Jungkook santai sambil tersenyum.
Jihyo tak bisa lagi menahannya, ia tersenyum lebar dan membalas genggaman tangan Jungkook. “Kenapa kau tidak romantis sama sekali denganku” ujar Jihyo dengan wajah cemburut.
Jungkook mengusap kepala Jihyo dengan lembut. “Cara itu sudah basi, lebih baik seperti ini.”
Jihyo hanya tersenyum, walaupun Jungkook tak memperlakukannya manis seperti saat pria itu dengan Jennie, tapi tetap saja hatinya sangat senang saat Jungkook mengatakan dirinya adalah kekasih pemuda itu.
Jungkook menangkup wajah Jihyo kemudian menatap gadis itu dalam. “Aku dan Jennie kemarin hanya latihan untuk drama cinderella yang akan tampil minggu depan.”
“Kau terpilih menjadi pangeran?” tanya Jihyo antusias.
Jungkook menganggukkan kepalanya. “Astaga kau memang cocok menjadi pangeran, tapi hanya pangeran hatiku” ujar Jihyo sambil mencubit gemas kedua pipi Jungkook.
Jungkook hanya tertawa, lalu ia memeluk Jihyo. Hatinya kini menyadari, siapa yang ia cinta dan siapa yang hanya ia kagumi. Perasaan kagum hanya sementara tapi cinta? Mungkin selamanya.
***
END
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus