Jungkook & Jihyo
|"Hatiku terlalu sakit. Kau terlalu banyak memberikanku harapan"|
Seorang gadis cantik berpipi chubby mendesah kasar. Setelah
apa yang baru di dengarnya dari mulut sang Ibu membuat kepalanya ingin pecah. Kepalanya
mengadah kedepan memperhatikan sang Ibu yang bahagianya sedang berbicara dengan
seorang wanita tua yang sepertinya seumuran dengan Ibunya.
Hari ini adalah hari yang paling sial buat dirinya. Baru saja tadi dia pulang dari sekolahnya, tapi mendadak Ibunya memberikan kabar buruk untuknya. Dan itu membuatnya hampir terkena serangan jantung.
DIJODOHKAN?! Yang benar saja, ini sudah tahun 2018. Orangtua mana yang ingin anaknya di jodohkan, yang ada ingin anaknya menemukan pria yang mencintai anaknya dengan tulus, bukan seperti ini. Astaga Ibunya benar-benar masih terbawa arus jaman dahulu.
Lihatlah Ibunya itu, betapa bahagia wanita itu saat berbicara dengan wanita tua itu, alias calon mertuanya. Mengatakan calon mertua saja, membuatnya menjadi geli sendiri. Dia baru saja menginjak 19 tahun, tapi kenapa harus secepat itu? Biarkan saja dia yang memilih jodohnya sendiri, kenapa Ibunya harus repot-repot.
“Jihyo, cepat ganti bajumu, kita akan dinner malam ini dengan calon suami mu!”
Teriakan Ibu si gadis itu semakin membuat gadis itu ingin pingsan saja. Ingin rasanya dia menolak dan melawan, tapi apa daya Ibunya begitu bersemagat sekali. Mau tidak mau dia bergerak dari tempatnya, melaksanakan ucapan Ibunya itu.
***
Sedari tadi Jihyo hanya mendesah kasar dan merengut. Guru yang sedang mengajar di depan sana pun tak di usiknya. Dia hanya memikirkan kejadian semalam. Baru saja kesal dan marah dengan perjodohan mendadak itu, dan sekarang dia menjadi takut sendiri setelah melihat siapa pria yang di jodohkan padanya.
Rasanya dia ingin sekali menghilang saja dari dunia ini, enggan menampakkan tubuhnya di hadapan pria itu, yang memang satu sekolahnya. Benar-benar tak di duga.
***
“Jadi?”
Jihyo terdiam bingung mau menjawab apa. Yang pasti jarak dia dengan calon suaminya kini sangat dekat hingga lengannya dapat bersentuhan dengan lengan pria itu. Kenapa coba tadi pria itu masuk kedalam kelasnya membuat kelasnya menjadi heboh karena kedatangan pria itu. Dia menjadi malu sendiri saat pria itu menatapnya lalu tersenyum lembut. Dan sekelas kembali gempar, seperti melihat artis papan atas saja. Dan disinilah sekarang, pria itu membawanya duduk di bangku yang tepat menghadap lapangan bola. Hanya duduk berdua!
Tak ada sahutan dari Jihyo, pria itu melirik Jihyo dari ujung matanya.
“Apa kau menerima perjodohan ini?” Tanya pria itu.
Jihyo tersadar, seketika ia meneguk ludahnya. Jantungnya berpacu dengan kencang. Kedekatannya dengan pria itu membuatnya benar-benar seperti orang bodoh.
“A..akuu tidak tau.” Jawab Jihyo pelan tapi masih di dengar pria itu.
Pria itu tak menjawab, mereka sama-sama diam. Hingga Jihyo memberanikan berbicara.
“Bagaimana denganmu? Apa kau menerimanya?”
Pria itu mengalihkan pandangannya pada Jihyo, dan sedetik kemudian ia tersenyum tipis. “Sebenarnya aku ingin, hanya…”
Jihyo menunggu ucapan selanjut pria itu. “aku sudah memiliki kekasih” lanjut pria itu kembali menatap kedepan.
Mendengar itu, tentu saja mampu meremuk hati Jihyo. Padahal ia hampir senang mendengar, pria itu ingin menerimanya tapi kenapa pria itu memiliki kekasih. Rasanya sedih sekali, padahal pria itu tidak tau betapa bahagianya dia saat tau kalau pria itu yang di jodohkan pada dirinya.
“Aku lupa menanyakan namamu, aku Jungkook”
Aku sudah tau namamu dari dulu
“Jihyo” jawab Jihyo seraya tersenyum tipis.
Ntah kenapa rasanya kisah cintanya begitu menyedihkan. Di jodohkan dengan pria yang di sukainya, tapi pria itu malah sudah menyukai kekasih. Padahal ia sudah menyukai pria itu dari dulu, dan kini dia harus menerima nasibnya.
“Apa aku pengganggu hubungan kalian?”
Jungkook beralih menatap Jihyo. Ia mengangkat alisnya satu. “Tidak. Jangan berpikir seperti itu, kita di jodohkan. Ini salah orangtua kita, yang terlalu obsesi karena persahabatan mereka hingga melibatkan kita”
Jihyo mendesah, tapi tetap saja dia merasa seperti pengganggu hubungan orang lain. Seperti parasit yang tiba-tiba muncul di tengah-tengah dan merusak segalanya.
***
Setelah pertemuan Jihyo dengan Jungkook itu, mereka tak pernah lagi bertemu ataupun saling sapa jika tak sengaja bertemu. Bukan Jihyo yang inginkan ini. Tiba-tiba saja sikap Jungkook berubah pada dirinya. Padahal baru kemarin Jungkook tersenyum manis dan berbicara lembut padanya tapi sekarang pria itu malah seakan tidak mengenali dirinya. Terkesan dingin malah dengan dirinya, bahkan seakan tidak menganggap Jihyo tak ada. Ia sendiri menjadi bingung dengan sikap Jungkook, apa karena perjodohan itu?
“Ibu! Kenapa coba Ibu harus menjodohkan ku”
Baru saja Jihyo sampai di rumahnya, ia langsung masuk ke dalam rumahnya tanpa mengucapkan salam atau apapun, ia langsung menghampiri Ibunya dan berteriak seenaknya.
“Astaga, ada apa denganmu Jihyo! Kenapa kau berteriak-teriak begitu” seru Ibunya.
“Ini salah Ibu, kenapa Ibu menjodohkan ku! Ini seperti hukuman untukku”
Tiba-tiba saja Ibunya memukul kepala Jihyo dengan sendok makan yang kebetulan sedang di pegang Ibunya.
“Aww..” ringis Jihyo seraya memegang kepalanya kesakitan.
“Hati-hati berbicara. Kau seharusnya bersyukur karena aku menjodohkanmu, daripada kau tidak laku-laku” ujar Ibunya kembali sibuk dengan kerjanya semula, mengaduk bubur.
Jihyo merengut mendengarnya. “Ibu” cicitnya dengan tampang memelas.
Ibunya hanya berdehem tanpa melihat Jihyo. “Hentikan perjodohan ini ya ya ya” lanjutnya.
Dan seketika Ibunya berhenti mengaduk bubur, pandangan menatap Jihyo dengan tajam. “Tutup mulutmu, sekarang ganti bajumu. Jungkook sudah menunggumu sedari tadi di ruang tamu”
Jihyo terdiam mematung. Jungkook?
Langsung saja dia berlari meninggalkan Ibunya. Bukannya mengganti baju sekolahnya, ia malah mengintip kearah ruang tamu, memastikan ucapan Ibunya.
Beberapa saat kemudian ia mendengus melihat ruang tamunya kosong tak ada seorang pun disana. Ia berkacak pinggang lalu mendengus. “Ibu berbohong! Astaga, kenapa Ibu melakukan ini padaku” ujarnya seraya mengacak rambutnya.
“Ibumu tak berbohong”
Jihyo membulatkan matanya melihat Jungkook sudah berdiri tepat di hadapannya dengan tatapan datarnya, yang terkesan dingin.
***
“Bagaimana perasaanmu sekarang?”
Jihyo tersenyum lebar. “Aku benar-benar sangat senang” teriak Jihyo. Perlahan tangannya mengeratkan pelukannya di pinggang Jungkook.
Jungkook semakin mengayuh kuat sepedanya, hingga membuat tawa Jihyo pecah. Dan itu berhasil membuat ia menarik ujung bibirnya.
Angin yang kuat menerpa wajah manis gadis itu, dan itu membuat Jihyo benar-benar bahagia dengan diiringi jantungnya yang berdegup kencang. Seperti ini saja membuatnya sangat bahagia sekali.
Tadi Jungkook mengajaknya keluar, ntah kemana. Ia benar-benar bingung dengan sikap Jungkook, padahal kemarin pria itu terkesan dingin padanya, tapi sekarang? Kenapa Jungkook sekarang terlihat manis. Bahkan sekarang mereka terlihat benar-benar seperti pasangan, menaiki sepeda dengan seraya memeluk Jungkook dari belakang. Tanpa ia sadari ia menyandarkan kepalanya pada punggung Jungkook sambil tersenyum manis.
Hari ini Jihyo benar-benar bahagia, sangat bahagia. Pria itu benar-benar mampu membuat Jihyo seperti orang gila. Bahkan Ibunya semakin mengira dia gila setelah pulang karena tersenyum sendiri. Satu hari penuh bersama Jungkook, rasanya dunia ini seperti milik mereka berdua.
***
Hari ini ntah kenapa Jihyo sangat bersemangat sekali ke sekolah. Apa karena pelajarannya? Atau karena guru yang mengajar nanti tidak ada yang kejam?
Ia menggelengkan kepalanya kecil dengan tersenyum. Bukan karena keduanya, tapi karena pria itu. Perlakuannya semalam membuatnya tak bisa tidur semalaman. Astaga, padahal Jungkook hanya mengajaknya menaiki sepeda, kenapa ia rendahan sekali. Tapi kenapa dia suka dengan cara rendahan itu.
Hampir saja Lisa tersandung dengan kakinya sendiri, karena melihat Jungkook berjalan berlawan dari arahnya. Otomatis jantungnya bekerja lebih cepat, dan tiba-tiba saja dia menjadi gugup sendiri.
Dia berdehem, pikirannya sekarang bagaimana cara menyapa Jungkook nanti.
hay? Ah tidak, seperti baru kenal saja.
bagaimana keadaanmu? Astaga seperti sudah lama tak jumpa saja.
apa tidurmu nyenyak? Iih sungguh menggelikan, memangnya ia pacarnya.
hallo Jungkook? Ini benar-benar, seperti dirinya menelpon Jungkook saja.
Tak ada kesempatan dirinya untuk memikirkan hal itu lagi, setelah melihat Jungkook sudah dekat dengannya.
“Hay” sapanya seraya tersenyum.
Senyumnya langsung saja menghilang setelah tau ekspresi Jungkook. Mencuekkannya? Jungkook hanya berjalan melewatinya seakan tidak peduli dengan kehadiran dirinya. Bahkan pria itu tak meliriknya sedikit pun. Hal itu membuat hatinya kembali sakit. Sebenarnya Jungkook itu mau apa sih?
***
Pikiran Jihyo kini tertuju dengan satu pria yang akhir-akhir ini berhasil menghantui pikirannya. Pria itu bahkan berhasil membuatnya seperti sekarang, benar-benar seperti orang bodoh, duduk di kursi stadium basket sambil memandang kedepan dengan pandangan yang kosong.
Baru saja kemarin ia dan Jungkook bersenang-senang dengan tawa yang pecah, tapi kini pria itu kembali lagi dengan dirinya yang sebenarnya. Seperti tidak memperdulikan dirinya. Alias dingin.
Jihyo mengerjapkan matanya beberapa kali setelah mendengar suara berisik orang-orang yang memasuki stadium itu membuatnya tersadar. Ternyata anak basket akan latihan, mungkin dia harus pergi sebelum di minta pergi dengan kata lain di usir.
Baru saja ia melangkah keluar dari pintu stadium, tiba-tiba saja sebuah suara mengusiknya membuat ia mengalihkan pandangannya kearah suara itu.
“Jungkook”
Dan saat itu hati Jihyo benar-benar hancur melihat seorang gadis yang berpakaian sekolah sama dengannya menghampiri Jungkook seraya memeluk pria itu dari belakang. Dan reaksi Jungkook tersenyum lalu mencubit hidung gadis itu dengan lembut.
Rasanya Jihyo ingin sekali menangis. Rasanya Jihyo ingin sekali marah. Rasanya Jihyo ingin sekali berlari kearah pasangan itu lalu menarik rambut gadis itu kemudian meneriakin Jungkook adalah miliknya sekarang. Ya, sayangnya itu hanya halusinasinya saja.
Jungkook-ku
***
“Jihyo kau tak makan?” ujar Ibu Jihyo seraya mengetuk pintu kamar Jihyo.
“Tidak bu, aku sudah makan di sekolah tadi!” teriak Jihyo dari dalam kamarnya.
Akhirnya Ibunya pergi. Sedangkan Jihyo? Tanpa mengganti pakaiannya gadis itu mencampakkan tubuhnya ke ranjangnya lalu menyembunyikan wajahnya dengan bantalnya seraya menangis dengan keras. Sungguh, hatinya sakit sekali melihat hal tadi. Dia benar-benar tidak menyangka dengan dirinya. Kenapa ia malah jatuh cinta dengan seorang pria yang sudah memiliki kekasih? Ini salah!
Aku membencimu Jungkook, kau membuatku berharap.
Setelah hampir 2 jam ia menangis, Ibunya kembali mengetuk pintunya, merasa aneh karena Jihyo tak biasanya seperti ini. Biasanya anaknya itu setelah pulang sekolah langsung mengganti pakaiannya, makan lalu menonton TV atau tidur di ruang tamunya. Tapi kenapa Ibunya merasa aneh.
“Jihyo kau tak apa?”
“Tidak apa-apa” teriak Jihyo.
Untung Jihyo pintar mengubah suaranya, jika tidak Ibunya bisa tau kalau ia habis menangis karena seorang Jeon ungkook.
“Jungkook sudah menunggumu di ruang tamu”
Jihyo terdiam. Apa lagi ini?
***
Benar saja ternyata Jungkook sudah duduk di sofa membelakanginya. Ia menarik nafasnya lalu menghembuskannya perlahan. Mau apa sekarang pria ini mendatanginya, padahal ia baru saja menangisi pria ini.
“Ada apa?” Tanya Jihyo langsung duduk tepat di sofa yang menghadap Jungkook.
Jihyo bahkan tak memandang wajah Jungkook. Rasanya begitu sakit memandang wajah pria itu, bisa-bisa ia mengingat kembali kejadian tadi siang.
“Apa kau mau menemaniku jalan”
***
Jihyo memang gadis bodoh, kenapa ia mau saja menuruti perintah Jungkook. Padahal ia tadi berjanji untuk tidak mau lagi peduli dengan Jungkook. Tapi nyatanya? Sekarang ia malah berjalan beriringan dengan Jungkook dan lagi sialnya, jantungnya berdetak lebih kencang. Ia merutuki dirinya yang kini terlihat rendahan.
“Aku tau, kau melihatnya tadi”
Jihyo menatap Jungkook bingung tapi sesaat ia membulatkan matanya. Jadi Jungkook tau?
“Dia Lisa, kekasihku” lanjut Jungkook.
Rasanya tubuh Jihyo menjadi lemas seketika.
“Dia cantik, cocok denganmu” seru Jihyo dengan senyum palsunya. Padahal ia ingin sekali tadi mencakari wajah Lisa. Walaupun sebenarnya ia akui Lisa memanglah cantik.
“Apa kau memujinya dengan tulus?” Tanya Jungkook melirik Jihyo sebentar sambil tersenyum kecil.
Jihyo terdiam, ntah kenapa Jungkook seperti mengetahui pikirannya.
“Lupakan, aku hanya bercanda” lanjut Jungkook.
Mereka hanya diam sambil bejalan. Sampai Jungkook menarik pergelanga tangan Jihyo.
“Mari kita bermain Sepatu roda”
Tanpa persetujuan Jihyo, Jungkook langsung menarik gadis itu begitu saja.
***
Jihyo benar-benar takut, tubuhnya kini sudah berkeringat dingin. Dirinya benar-benar seperti seorang anak kecil yang sedang belajar berjalan. Sedari tadi dia berjatuh beberapa kali karena menggunakan sepatu roda ini, apalagi dia tak tahu cara memainkannya. Dan sekarang ia hanya berjalan dengan jarak yang hanya 5 cm setiap jarak. Dia benar-benar lelah, hingga ia mendongak. Matanya menangkap Jungkook yang dengan lancarnya bermain sepatu roda. Pria itu tampak bahagia berlari kesana kesini tanpa memperdulikan dirinya yang sedang ketakutan.
Tiba-tiba saja perasaan hangat meyelimuti tubuhnya melihat tawa Jungkook, pria itu bahkan sangat tampan sekali.
Akhirnya dengan keberaniannya, ia pun berjalan dengan sepatu roda, tak mau kalah dengan Jungkook. Namun, baru beberapa langkah, ia malah di tarik Jungkook, spontan ia berteriak ketakutan.
“AAHH!!”
“Hei, berjalan seperti itu tidak akan menyenangkan” seru Jungkook.
Dia memegang kedua tangan Jihyo, lalu menarik gadis itu perlahan. Awalnya Jihyo ketakutan, tapi Jungkook membawanya dengan pelan, ketakautannya lenyap begitu saja setelah Jungkook memegang tangannya.
Tiba-tiba saja ujung bibir Jungkook tertarik menjadi seringai.
“AAAHHH!!” Jihyo kembali berteriak. Bagaimana tidak, Jungkook menariknya begitu kuat. Hingga ia benar-benar seperti melayang. Sepatu rodanya saja yang bergerak dan Jungkook menariknya. Tapi kenapa ia malah ketakutan.
“Ini menyenangkan!” seru Jungkook.
Jihyo memperhatikan wajah bahagia Jungkook. Tawa lepas itu, baru pertama kali ia lihat selama ini. Spontan bibirnya ikut membentuk senyuman. Rasa takutnya kembali lenyap di gantikan rasa bahagia. Getaran ini pun semakin gencar.
Jungkook berputar membuat Jihyo juga ikut berputar karena tarikan tangannya. Lalu ia berlari membuat Jihyo jadi ikut berlari. Betapa jahilnya Jungkook membuat Jihyo sempat ketakutan karena mengerjai gadis itu. Tapi entah kenapa dia bahagia sekali melihat wajah ketakutan Jihyo seraya meneriakin namanya.
***
Rasanya kemarin tak pernah terlupakan untuk Jihyo. Gadis itu sekarang termenung di kelasnya seraya tersenyum sendiri. Mengingat wajah bahagia Jungkook membuat hatinya menghangat. Tapi mendadak senyumnya menghilang mengingat Jungkook sudah memiliki kekasih. Membuat hatinya kembali mengilu.
apa yang harus kulakukan?
Baru saja Jihyo keluar dari kelasnya, ia sudah mendapati Jungkook dengan kekasihnya sedang melewati dirinya. Dan lagi, sikap Jungkook berubah. Pria itu kembali seolah-olah tak mengenal dirinya.
Ingin sekali Jihyo menangis sekarang juga. Tapi apa daya dirinya, memangnya dia siapa?
Sekali lagi, aku membencimu Jungkook
***
“Jihyo, Jungkook sudah menunggumu di ruang tamu”
Untuk kali ini Jihyo ingin menolak. “Bilang padanya, aku lagi sibuk Bu” teriak Jihyo dari kamarnya.
Ibunya marah lalu langsung membuka pintu kamar Jihyo yang tak di kunci sama sekali.
“Kau sibuk apa? Hanya membaca komik, itu kau bilang sibuk? Sekarang keluar temui Jungkook”
Astaga Jihyo tak bisa menolak, akhirnya dia pasrah.
Kali ini apalagi?
***
“Disini udaranya bagus, jadi aku mengajakmu ke taman ini”
Seruan Jungkook mengalihkan pandangan Jihyo ke sampingnya. Lihatlah, untuk sesaat saja dia sempat terkagum dengan ketampanan Jungkook, dan jantungnya kembali berdegup dengan kencang. Tapi tiba-tiba saja ingatan Jungkook dengan kekasihnya muncul lagi di pikirannya membuat dia marah lalu dia kembali menatap ke depan.
Mereka hanya diam, sampai Jihyo membuka suara.
“Jungkook” panggilnya.
Jungkook hanya berdehem tanpa menatap Jihyo.
“Sebenarnya kita ini apa?” pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Jihyo. Dalam hati ia sudah memaki dirinya sendiri karena menanya hal seperti itu, dia benar-benar bodoh. Tentu saja Jungkook akan mengatakan dia parasit.
Jungkook mengalihkan pandagannnya. Di tatapnya mata gadis itu, yang seperti meminta jawaban pasti.
“Aku tidak tahu. Kita jalani aja dulu” jawab Jungkook kembali menatap kedepan.
Jihyo tak terima jawaban Jungkook, sungguh dia benar-benar marah. Dia berdiri tepat di hadapan Jungkook, menutupi pemandangan yang sedari tadi pria itu perhatikan.
“Aku tidak bisa begini Jungkook. Aku Park Jihyo, gadis biasa yang beruntung bisa berkenalan denganmu. Tolong beri aku kepastian. Aku tahu, aku hanya parasit diantara kalian berdua. Tiba-tiba aku muncul diantara kalian seperti perusak hubungan orang saja. Sesungguhnya, aku tidak ingin. Tapi…”
Jihyo hampir saja menangis, sebisa mungkin dia menahannya.
Jungkook langsung berdiri menatap Jihyo tak percaya. “Jihyo...”
“Tapi kenapa kau memberiku harapan. Kau selalu saja mengajakku jalan sesudah pulang sekolah, tapi sewaktu di sekolah kau malah seolah-olah tak mengenalku. Dan kau juga sudah mempunyai kekasih, tapi kenapa kau malah mendekatiku membuat jantung ini berdetak lebih kencang dan kenapa kau membuat hati ini sakit.”
Tak dapat di bendung lagi. Akhirnya Jihyo menumpahkan air matanya begitupun kata-kata yang selama ini ia ingin keluarkan. Segera ia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya sambil menangis sesenggukkan.
“Jihyo, ak—“
“Aku tidak bisa seperti ini Jungkook. Hatiku sakit”
Jujur, Jungkook baru tau ternyata Jihyo menyimpan perasaan pada dirinya. Dia benar-benar terkejut.
“Kau menyu—“
Jihyo membuka tangannya lalu menatap Jungkook dengan wajah yang sudah basah di penuhi air mata dan keringat.
“Iya, aku menyukaimu Jungkook. Aku menyayangimu Jungkook. Bahkan aku mencintaimu Jungkook” potong Jihyo.
Jungkook tak tahu lagi harus mengatakan apa, yang pasti dia sangat terkejut sekali. Ia tak menyangka Jihyo menyatakan perasaannya di hadapan dirinya.
“Apa yang kulakukan. Aku sangat menyukaimu tapi kau sudah mempunyai kekasih” rengek Jihyo, ia kembali menutup wajahnya. Hatinya sedikit lega setelah mengeluarkan unek-uneknya selama ini.
Jungkook hanya diam, tak mampu berbicara lagi.
Jihyo kembali membuka tangannya lalu menatap Jungkook. “Apa kita harus membatalkan perjodohan ini?”
***
Setelah pengakuan Jihyo pada Jungkook kemarin, membuat Jihyo tidak bersekolah beberapa hari. Alasanya karena ia sakit. Memang benar ia sakit, sakit fisik maupun hati. Dan alasan lainnya adalah karena ia tak mau bertemu Jungkook, ia sangat malu. Bagaimana bisa ia mengatakan hal seperti itu tanpa berpikir dulu. Apa yang akan dilakukannya jika Jungkook melihatnya? Astaga dia sungguh malu, sangat sangat malu.
Kreekk…
Saat pintu kamarnya terbuka, Jihyo segera kembali menutup matanya berpura-pura tidur. Ia yakin Ibunya akan memarahinya karena tidak istirahat.
Jihyo dapat merasakan tangan Ibunya mendarat di keningnya yang hangat. Ia juga dapat merasakan Ibunya sedang duduk di dekatnya sambil mengelus kepalanya.
“Buka matamu, ini aku”
Jantung Jihyo hampir saja copot mendengar suara itu. Jungkook?
Perlahan Jihyo membuka matanya, dan benar saja ia langsung mendapati Jungkook. Segera ia menduduki dirinya menatap Jungkook tak percaya.
“Kau—“
“Aku tidak sekolah hanya untuk melihatmu saja”
Jihyo tak percaya dengan jawaban Jungkook. Bagaimana bisa pria itu tidak bersekolah hanya karena ingin melihatnya.
“Kau masih hangat, lebih baik kau istirahat saja” lanjut Jungkook.
Jihyo menatap Jungkook tajam. “Untuk apa kau kesini? Ingin membuatku berharap?”
Astaga apa yang kau katakan Jihyo. Kau semakin mempermalukan dirimu di depan pria ini.
Jungkook menarik nafasnya lalu menghembuskan perlahan. Lalu dia menatap Jihyo lekat. Kedua tangannya bergerak memegang pundak gadis itu.
“Aku seorang pengecut”
Jihyo bingung apa yang diucapkan Jungkook.
“Aku... memang punya kekasih. Tapi hatiku tidak bersamanya.”
Jihyo hanya diam.
“Kau tau, hati ku malah melirikmu terus”
Jihyo membulatkan matanya tak percaya, kemudian menggelengkan kepalanya sambil tertawa hambar, tidak percaya apa yang diucapkan Jungkook.
“Aku menyukaimu dari dulu, tapi kau malah tidak peduli padaku. Kau malah menganggap ku seperti tidak ada. Aku bahkan lebih mengenalmu. Aku marah, kesal karena kau tak mengenaku, akhirnya aku memilih lebih baik mencari kekasih untuk melupakanmu. Aku tau aku pengecut untuk mendekatimu. Aku sangat takut kau menolak kehadiranku. Dan perjodohan itu, akulah yang menginginkannya”
Penjelasan Jungkook membuat Jihyo tak percaya. Jadi selama ini Jungkook telah menyukainya? Dan perjodohan itu, Jungkook yang menginginkannya? Astaga ini tidak di percaya. Dengan kasar Jihyo melepas tangan Jungkook yang sedari tadi di pundaknya.
“Lalu kenapa? Kenapa kau malah seperti tak mengenalku jika sudah di sekolah. Apa kau membenciku?”
Ntah apa yang salah, tapi Jihyo berhasil mengeluarkan air matanya lagi.
“Aku membencimu Jungkook, Kau—“
“Aku minta maaf, aku tak bermaksud Jihyo”
“Aku... aku bersikap seperti itu agar Lisa tidak mengetahuinya. Dia sangat menyayangiku”
Jihyo mendongak menatap Jungkook dengan penuh air mata.
“Kau tahu, kau mengatakan seperti itu membuat hatiku sakit. Lalu bagaimana denganku? Aku juga menyayangimu, bahkan aku juga mencintaimu, tapi kau malah membuatku seperti ini.”
“Dan kau juga harus tau, ini ketiga kalinya aku menangis karena dirimu” lanjut Jihyo.
***
Jihyo melangkahkan kakinya dengan malas menuju kelasnya. Sial sekali dirinya sudah sembuh. Ibunya memukul dirinya tadi pagi karena malas sekolah dan itu membuatnya menjadi sebal.
Tiba-tiba saja ia menghentikan langkahnya melihat Jungkook berjalan bersama Lisa dengan canda tawa. Dan lagi hatinya berdenyut. Inikah namanya patah hati?
Sebisa mungkin ia bersikap seperti Jungkook, seperti tidak saling mengenal. Dengan cuek dia berjalan melewati kedua orang itu, melirikpun ia enggan. Apalagi melihat wajah Jungkook yang tersenyum bersama Lisa, membuat hatinya terbakar.
Tanpa Jihyo sadari Jungkook menghentikan langkahnya lalu berbalik.
“Jihyo”
Langkah Jihyo terhenti.
***
Kembali lagi Jihyo menangis di dalam kamarnya. Ia menangis sekuatnya tanpa peduli ketukan pintu kamar dari Ibunya. Hatinya benar-benar sakit dan ia sudah tak tahan lagi. Cukup sudah hatinya tersakit ke berapa kali. Apalagi pernyataan Jungkook tadi.
“Aku... aku ingin kau memilih aku atau Lisa”
Jungkook terdiam, dia menatap Jihyo tak percaya. Kenapa Jihyo menanyakan seperti itu. Ia memanggil Jihyo bermaksud mengenalkannya pada Lisa, bukan seperti ini sekarang. Bahkan kedua gadis itu kini menatap dirinya intens menunggu jawaban darinya. Apalagi Lisa sudah megetahuinya setelah Jihyo memberitahunya, dan ekspresi gadis itu sangat terkejut dan tersakiti.
“Jungkook” panggil Jihyo membuat Jungkook tersadar.
“Jungkook, kau memilih siapa? Aku atau Jihyo?” kali ini Lisa yang bertanya.
Gadis itu menatap Jungkook dengan pandangan melemah, hal itu membuat hati Jungkook tersentuh. Sedangkan Jihyo, ia malah membenci adegan tatapan mereka berdua, segera dia berdehem.
“Tidak bisakah kita tidak seperti ini?” ujar Jungkook menatap kedua gadis itu bergantian.
“Tidak! Disini kami berdua yang tersakiti. Kau harus memilih antara kami. Jika kau memilih Lisa—“
Sejenak Jihyo menghembuskan nafasnya perlahan seperti tak sanggup lagi ia mengatakannya. “Aku akan pergi dari hidupmu begitu sebaliknya” lanjutnya.
Jungkook tidak tahu harus menjawab apa. Ia menutup matanya lalu menarik nafasnya perlahan kemudian menghembuskannya. Setelah ia yakin dengan keputusannya ia kembali membuka matanya.
“Aku memilih Lisa”
“Aku sangat membencimu Jungkook. Kenapa kau memilihnya”
Jihyo menangis semakin histeris. Ia melempari semua barang yang ada di sekitarnya, seperti bantal, guling, boneka, bahkan sprai-nya kini sudah terlepas dan tercampak ntah kemana.
Jihyo terduduk di lantai kamarnya yang dingin itu. Kedua kakinya ia tekuk, kemudian ia menenggalamkan kepalanya.
Hatinya terlalu sakit mencintai Jungkook. Raganya terlalu lelah mengikuti Jungkook. Kenapa Jungkook melakukan semua ini. Setelah selama ini, pria itu mengajaknya keluar dan mengatakan kalau pria itu tertarik pada hatinya. Tapi kenapa Jungkook malah memilih Lisa? Apakah dirinya kurang cantik?
“Jihyo, buka pintunya! Ada apa” teriak Ibunya.
Jihyo bangkit dari duduknya, kemudian ia membuka pintunya. Segera dia berlari memeluk Ibunya dengan erat.
“Ibu... Jungkook jahat” adunya sambil menangis.
Ibunya mengelus kepala Jihyo lembut. Ia mengerti kisah percintaan anak muda.
“Sudahlah Jihyo jangan menangis seperti anak kecil”
“Ibu, aku tak bisa seperti ini. Ini terlalu sakit.”
“Ibu aku ingin memutuskan perjodohan ini”
***
Senyum bahagia terukir di wajah Jihyo. Tak hentinya gadis itu tertawa menampakkan gigi-gigi putihnya. Tak menyangka sekarang ia sudah lulus. Akhirnya ia bisa juga lulus dengan nilai yang sempurna.
“Ibu, mari berfoto” Ajak Jihyo mendekati papan bunga yang bertulisan kelulusan sekolah.
Jihyo dan Ibunya akhirnya berfoto dengan wajah berseri.
“Aku tak menyangka, anak gadis ku ini sekarang sudah besar”
Jihyo hanya tersenyum bahagia mendengar ucapan Ibunya.
“Jihyo”
Panggilan itu membuat Jihyo menoleh kearah sumber suara. Dan seketika senyumnya langsung lenyap melihat siapa orang itu.
***
“Selamat”
“Terimakasih, kau juga selamat” ujar Jihyo canggung.
Sudah 1 tahun ia menjahui Jungkook setelah kejadian dulu. Dan sekarang pria itu memanggilnya dan mengajaknya berbicara hanya mereka saja tanpa orang lain.
“Aku tidak menyangka kita akan lulus secepat ini” lanjut Jungkook.
Jihyo hanya berdehem.
“Jihyo...”
Jihyo menoleh ke sampingnya menatap Jungkook. Dan kini mereka sudah berhadapan. Jantung ini, berdegup dengan kencang. Jihyo benci seperti ini, padahal sudah lama jantungnya tak pernah berdegup seperti ini tapi sekarang dengan mudahnya jantungnya berdegup dengan kencang hanya melihat senyuman lembut dari Jungkook.
“Bisakah kita mengulanginya lagi?”
“Ha?”
“Aku Jeon ungkook … senang berkenalan denganmu. Aku harap aku adalah type kekasih yang kau inginkan. Ah tidak, maksud ku type suami yang kau inginkan.”
“Apa—“
“Namamu siapa?”
“Aku Park Jihyo. Senang juga berkenalan denganmu” Jihyo pun mengikuti alur ucapan Jungkook.
“Baiklah kita mulai dari awal. Aku ingin membuat jantungmu berdegup kencang dengan usahaku sendiri.”
Tanpa usaha saja kau sudah berhasil membuatnya berdegup dengan kencang.
“Biarkan aku membuatmu kembali mencintaiku”
Jihyo tersenyum manis lalu menganggukkan kepalanya.
Lisa? Gadis itu sudah pindah sekolah setelah Jungkook memilih Lisa. Bukannya Jungkook ingin mempermainkan Jihyo. Bukankah ia sudah bilang, ia duluan lah yang menyukai Jihyo. Tapi kenapa ia memilih Lisa? Siapa yang tidak tahan dengan pandangan gadis lemah itu. Lisa adalah gadis lemah yang membutuhkan dirinya. Dengan berat hati ia memilih Lisa tapi hatinya malah meneriakin nama Jihyo.
“Aku memasukkanmu ke dalam type daftar suami ku”
***
END
Hari ini adalah hari yang paling sial buat dirinya. Baru saja tadi dia pulang dari sekolahnya, tapi mendadak Ibunya memberikan kabar buruk untuknya. Dan itu membuatnya hampir terkena serangan jantung.
DIJODOHKAN?! Yang benar saja, ini sudah tahun 2018. Orangtua mana yang ingin anaknya di jodohkan, yang ada ingin anaknya menemukan pria yang mencintai anaknya dengan tulus, bukan seperti ini. Astaga Ibunya benar-benar masih terbawa arus jaman dahulu.
Lihatlah Ibunya itu, betapa bahagia wanita itu saat berbicara dengan wanita tua itu, alias calon mertuanya. Mengatakan calon mertua saja, membuatnya menjadi geli sendiri. Dia baru saja menginjak 19 tahun, tapi kenapa harus secepat itu? Biarkan saja dia yang memilih jodohnya sendiri, kenapa Ibunya harus repot-repot.
“Jihyo, cepat ganti bajumu, kita akan dinner malam ini dengan calon suami mu!”
Teriakan Ibu si gadis itu semakin membuat gadis itu ingin pingsan saja. Ingin rasanya dia menolak dan melawan, tapi apa daya Ibunya begitu bersemagat sekali. Mau tidak mau dia bergerak dari tempatnya, melaksanakan ucapan Ibunya itu.
***
Sedari tadi Jihyo hanya mendesah kasar dan merengut. Guru yang sedang mengajar di depan sana pun tak di usiknya. Dia hanya memikirkan kejadian semalam. Baru saja kesal dan marah dengan perjodohan mendadak itu, dan sekarang dia menjadi takut sendiri setelah melihat siapa pria yang di jodohkan padanya.
Rasanya dia ingin sekali menghilang saja dari dunia ini, enggan menampakkan tubuhnya di hadapan pria itu, yang memang satu sekolahnya. Benar-benar tak di duga.
***
“Jadi?”
Jihyo terdiam bingung mau menjawab apa. Yang pasti jarak dia dengan calon suaminya kini sangat dekat hingga lengannya dapat bersentuhan dengan lengan pria itu. Kenapa coba tadi pria itu masuk kedalam kelasnya membuat kelasnya menjadi heboh karena kedatangan pria itu. Dia menjadi malu sendiri saat pria itu menatapnya lalu tersenyum lembut. Dan sekelas kembali gempar, seperti melihat artis papan atas saja. Dan disinilah sekarang, pria itu membawanya duduk di bangku yang tepat menghadap lapangan bola. Hanya duduk berdua!
Tak ada sahutan dari Jihyo, pria itu melirik Jihyo dari ujung matanya.
“Apa kau menerima perjodohan ini?” Tanya pria itu.
Jihyo tersadar, seketika ia meneguk ludahnya. Jantungnya berpacu dengan kencang. Kedekatannya dengan pria itu membuatnya benar-benar seperti orang bodoh.
“A..akuu tidak tau.” Jawab Jihyo pelan tapi masih di dengar pria itu.
Pria itu tak menjawab, mereka sama-sama diam. Hingga Jihyo memberanikan berbicara.
“Bagaimana denganmu? Apa kau menerimanya?”
Pria itu mengalihkan pandangannya pada Jihyo, dan sedetik kemudian ia tersenyum tipis. “Sebenarnya aku ingin, hanya…”
Jihyo menunggu ucapan selanjut pria itu. “aku sudah memiliki kekasih” lanjut pria itu kembali menatap kedepan.
Mendengar itu, tentu saja mampu meremuk hati Jihyo. Padahal ia hampir senang mendengar, pria itu ingin menerimanya tapi kenapa pria itu memiliki kekasih. Rasanya sedih sekali, padahal pria itu tidak tau betapa bahagianya dia saat tau kalau pria itu yang di jodohkan pada dirinya.
“Aku lupa menanyakan namamu, aku Jungkook”
Aku sudah tau namamu dari dulu
“Jihyo” jawab Jihyo seraya tersenyum tipis.
Ntah kenapa rasanya kisah cintanya begitu menyedihkan. Di jodohkan dengan pria yang di sukainya, tapi pria itu malah sudah menyukai kekasih. Padahal ia sudah menyukai pria itu dari dulu, dan kini dia harus menerima nasibnya.
“Apa aku pengganggu hubungan kalian?”
Jungkook beralih menatap Jihyo. Ia mengangkat alisnya satu. “Tidak. Jangan berpikir seperti itu, kita di jodohkan. Ini salah orangtua kita, yang terlalu obsesi karena persahabatan mereka hingga melibatkan kita”
Jihyo mendesah, tapi tetap saja dia merasa seperti pengganggu hubungan orang lain. Seperti parasit yang tiba-tiba muncul di tengah-tengah dan merusak segalanya.
***
Setelah pertemuan Jihyo dengan Jungkook itu, mereka tak pernah lagi bertemu ataupun saling sapa jika tak sengaja bertemu. Bukan Jihyo yang inginkan ini. Tiba-tiba saja sikap Jungkook berubah pada dirinya. Padahal baru kemarin Jungkook tersenyum manis dan berbicara lembut padanya tapi sekarang pria itu malah seakan tidak mengenali dirinya. Terkesan dingin malah dengan dirinya, bahkan seakan tidak menganggap Jihyo tak ada. Ia sendiri menjadi bingung dengan sikap Jungkook, apa karena perjodohan itu?
“Ibu! Kenapa coba Ibu harus menjodohkan ku”
Baru saja Jihyo sampai di rumahnya, ia langsung masuk ke dalam rumahnya tanpa mengucapkan salam atau apapun, ia langsung menghampiri Ibunya dan berteriak seenaknya.
“Astaga, ada apa denganmu Jihyo! Kenapa kau berteriak-teriak begitu” seru Ibunya.
“Ini salah Ibu, kenapa Ibu menjodohkan ku! Ini seperti hukuman untukku”
Tiba-tiba saja Ibunya memukul kepala Jihyo dengan sendok makan yang kebetulan sedang di pegang Ibunya.
“Aww..” ringis Jihyo seraya memegang kepalanya kesakitan.
“Hati-hati berbicara. Kau seharusnya bersyukur karena aku menjodohkanmu, daripada kau tidak laku-laku” ujar Ibunya kembali sibuk dengan kerjanya semula, mengaduk bubur.
Jihyo merengut mendengarnya. “Ibu” cicitnya dengan tampang memelas.
Ibunya hanya berdehem tanpa melihat Jihyo. “Hentikan perjodohan ini ya ya ya” lanjutnya.
Dan seketika Ibunya berhenti mengaduk bubur, pandangan menatap Jihyo dengan tajam. “Tutup mulutmu, sekarang ganti bajumu. Jungkook sudah menunggumu sedari tadi di ruang tamu”
Jihyo terdiam mematung. Jungkook?
Langsung saja dia berlari meninggalkan Ibunya. Bukannya mengganti baju sekolahnya, ia malah mengintip kearah ruang tamu, memastikan ucapan Ibunya.
Beberapa saat kemudian ia mendengus melihat ruang tamunya kosong tak ada seorang pun disana. Ia berkacak pinggang lalu mendengus. “Ibu berbohong! Astaga, kenapa Ibu melakukan ini padaku” ujarnya seraya mengacak rambutnya.
“Ibumu tak berbohong”
Jihyo membulatkan matanya melihat Jungkook sudah berdiri tepat di hadapannya dengan tatapan datarnya, yang terkesan dingin.
***
“Bagaimana perasaanmu sekarang?”
Jihyo tersenyum lebar. “Aku benar-benar sangat senang” teriak Jihyo. Perlahan tangannya mengeratkan pelukannya di pinggang Jungkook.
Jungkook semakin mengayuh kuat sepedanya, hingga membuat tawa Jihyo pecah. Dan itu berhasil membuat ia menarik ujung bibirnya.
Angin yang kuat menerpa wajah manis gadis itu, dan itu membuat Jihyo benar-benar bahagia dengan diiringi jantungnya yang berdegup kencang. Seperti ini saja membuatnya sangat bahagia sekali.
Tadi Jungkook mengajaknya keluar, ntah kemana. Ia benar-benar bingung dengan sikap Jungkook, padahal kemarin pria itu terkesan dingin padanya, tapi sekarang? Kenapa Jungkook sekarang terlihat manis. Bahkan sekarang mereka terlihat benar-benar seperti pasangan, menaiki sepeda dengan seraya memeluk Jungkook dari belakang. Tanpa ia sadari ia menyandarkan kepalanya pada punggung Jungkook sambil tersenyum manis.
Hari ini Jihyo benar-benar bahagia, sangat bahagia. Pria itu benar-benar mampu membuat Jihyo seperti orang gila. Bahkan Ibunya semakin mengira dia gila setelah pulang karena tersenyum sendiri. Satu hari penuh bersama Jungkook, rasanya dunia ini seperti milik mereka berdua.
***
Hari ini ntah kenapa Jihyo sangat bersemangat sekali ke sekolah. Apa karena pelajarannya? Atau karena guru yang mengajar nanti tidak ada yang kejam?
Ia menggelengkan kepalanya kecil dengan tersenyum. Bukan karena keduanya, tapi karena pria itu. Perlakuannya semalam membuatnya tak bisa tidur semalaman. Astaga, padahal Jungkook hanya mengajaknya menaiki sepeda, kenapa ia rendahan sekali. Tapi kenapa dia suka dengan cara rendahan itu.
Hampir saja Lisa tersandung dengan kakinya sendiri, karena melihat Jungkook berjalan berlawan dari arahnya. Otomatis jantungnya bekerja lebih cepat, dan tiba-tiba saja dia menjadi gugup sendiri.
Dia berdehem, pikirannya sekarang bagaimana cara menyapa Jungkook nanti.
hay? Ah tidak, seperti baru kenal saja.
bagaimana keadaanmu? Astaga seperti sudah lama tak jumpa saja.
apa tidurmu nyenyak? Iih sungguh menggelikan, memangnya ia pacarnya.
hallo Jungkook? Ini benar-benar, seperti dirinya menelpon Jungkook saja.
Tak ada kesempatan dirinya untuk memikirkan hal itu lagi, setelah melihat Jungkook sudah dekat dengannya.
“Hay” sapanya seraya tersenyum.
Senyumnya langsung saja menghilang setelah tau ekspresi Jungkook. Mencuekkannya? Jungkook hanya berjalan melewatinya seakan tidak peduli dengan kehadiran dirinya. Bahkan pria itu tak meliriknya sedikit pun. Hal itu membuat hatinya kembali sakit. Sebenarnya Jungkook itu mau apa sih?
***
Pikiran Jihyo kini tertuju dengan satu pria yang akhir-akhir ini berhasil menghantui pikirannya. Pria itu bahkan berhasil membuatnya seperti sekarang, benar-benar seperti orang bodoh, duduk di kursi stadium basket sambil memandang kedepan dengan pandangan yang kosong.
Baru saja kemarin ia dan Jungkook bersenang-senang dengan tawa yang pecah, tapi kini pria itu kembali lagi dengan dirinya yang sebenarnya. Seperti tidak memperdulikan dirinya. Alias dingin.
Jihyo mengerjapkan matanya beberapa kali setelah mendengar suara berisik orang-orang yang memasuki stadium itu membuatnya tersadar. Ternyata anak basket akan latihan, mungkin dia harus pergi sebelum di minta pergi dengan kata lain di usir.
Baru saja ia melangkah keluar dari pintu stadium, tiba-tiba saja sebuah suara mengusiknya membuat ia mengalihkan pandangannya kearah suara itu.
“Jungkook”
Dan saat itu hati Jihyo benar-benar hancur melihat seorang gadis yang berpakaian sekolah sama dengannya menghampiri Jungkook seraya memeluk pria itu dari belakang. Dan reaksi Jungkook tersenyum lalu mencubit hidung gadis itu dengan lembut.
Rasanya Jihyo ingin sekali menangis. Rasanya Jihyo ingin sekali marah. Rasanya Jihyo ingin sekali berlari kearah pasangan itu lalu menarik rambut gadis itu kemudian meneriakin Jungkook adalah miliknya sekarang. Ya, sayangnya itu hanya halusinasinya saja.
Jungkook-ku
***
“Jihyo kau tak makan?” ujar Ibu Jihyo seraya mengetuk pintu kamar Jihyo.
“Tidak bu, aku sudah makan di sekolah tadi!” teriak Jihyo dari dalam kamarnya.
Akhirnya Ibunya pergi. Sedangkan Jihyo? Tanpa mengganti pakaiannya gadis itu mencampakkan tubuhnya ke ranjangnya lalu menyembunyikan wajahnya dengan bantalnya seraya menangis dengan keras. Sungguh, hatinya sakit sekali melihat hal tadi. Dia benar-benar tidak menyangka dengan dirinya. Kenapa ia malah jatuh cinta dengan seorang pria yang sudah memiliki kekasih? Ini salah!
Aku membencimu Jungkook, kau membuatku berharap.
Setelah hampir 2 jam ia menangis, Ibunya kembali mengetuk pintunya, merasa aneh karena Jihyo tak biasanya seperti ini. Biasanya anaknya itu setelah pulang sekolah langsung mengganti pakaiannya, makan lalu menonton TV atau tidur di ruang tamunya. Tapi kenapa Ibunya merasa aneh.
“Jihyo kau tak apa?”
“Tidak apa-apa” teriak Jihyo.
Untung Jihyo pintar mengubah suaranya, jika tidak Ibunya bisa tau kalau ia habis menangis karena seorang Jeon ungkook.
“Jungkook sudah menunggumu di ruang tamu”
Jihyo terdiam. Apa lagi ini?
***
Benar saja ternyata Jungkook sudah duduk di sofa membelakanginya. Ia menarik nafasnya lalu menghembuskannya perlahan. Mau apa sekarang pria ini mendatanginya, padahal ia baru saja menangisi pria ini.
“Ada apa?” Tanya Jihyo langsung duduk tepat di sofa yang menghadap Jungkook.
Jihyo bahkan tak memandang wajah Jungkook. Rasanya begitu sakit memandang wajah pria itu, bisa-bisa ia mengingat kembali kejadian tadi siang.
“Apa kau mau menemaniku jalan”
***
Jihyo memang gadis bodoh, kenapa ia mau saja menuruti perintah Jungkook. Padahal ia tadi berjanji untuk tidak mau lagi peduli dengan Jungkook. Tapi nyatanya? Sekarang ia malah berjalan beriringan dengan Jungkook dan lagi sialnya, jantungnya berdetak lebih kencang. Ia merutuki dirinya yang kini terlihat rendahan.
“Aku tau, kau melihatnya tadi”
Jihyo menatap Jungkook bingung tapi sesaat ia membulatkan matanya. Jadi Jungkook tau?
“Dia Lisa, kekasihku” lanjut Jungkook.
Rasanya tubuh Jihyo menjadi lemas seketika.
“Dia cantik, cocok denganmu” seru Jihyo dengan senyum palsunya. Padahal ia ingin sekali tadi mencakari wajah Lisa. Walaupun sebenarnya ia akui Lisa memanglah cantik.
“Apa kau memujinya dengan tulus?” Tanya Jungkook melirik Jihyo sebentar sambil tersenyum kecil.
Jihyo terdiam, ntah kenapa Jungkook seperti mengetahui pikirannya.
“Lupakan, aku hanya bercanda” lanjut Jungkook.
Mereka hanya diam sambil bejalan. Sampai Jungkook menarik pergelanga tangan Jihyo.
“Mari kita bermain Sepatu roda”
Tanpa persetujuan Jihyo, Jungkook langsung menarik gadis itu begitu saja.
***
Jihyo benar-benar takut, tubuhnya kini sudah berkeringat dingin. Dirinya benar-benar seperti seorang anak kecil yang sedang belajar berjalan. Sedari tadi dia berjatuh beberapa kali karena menggunakan sepatu roda ini, apalagi dia tak tahu cara memainkannya. Dan sekarang ia hanya berjalan dengan jarak yang hanya 5 cm setiap jarak. Dia benar-benar lelah, hingga ia mendongak. Matanya menangkap Jungkook yang dengan lancarnya bermain sepatu roda. Pria itu tampak bahagia berlari kesana kesini tanpa memperdulikan dirinya yang sedang ketakutan.
Tiba-tiba saja perasaan hangat meyelimuti tubuhnya melihat tawa Jungkook, pria itu bahkan sangat tampan sekali.
Akhirnya dengan keberaniannya, ia pun berjalan dengan sepatu roda, tak mau kalah dengan Jungkook. Namun, baru beberapa langkah, ia malah di tarik Jungkook, spontan ia berteriak ketakutan.
“AAHH!!”
“Hei, berjalan seperti itu tidak akan menyenangkan” seru Jungkook.
Dia memegang kedua tangan Jihyo, lalu menarik gadis itu perlahan. Awalnya Jihyo ketakutan, tapi Jungkook membawanya dengan pelan, ketakautannya lenyap begitu saja setelah Jungkook memegang tangannya.
Tiba-tiba saja ujung bibir Jungkook tertarik menjadi seringai.
“AAAHHH!!” Jihyo kembali berteriak. Bagaimana tidak, Jungkook menariknya begitu kuat. Hingga ia benar-benar seperti melayang. Sepatu rodanya saja yang bergerak dan Jungkook menariknya. Tapi kenapa ia malah ketakutan.
“Ini menyenangkan!” seru Jungkook.
Jihyo memperhatikan wajah bahagia Jungkook. Tawa lepas itu, baru pertama kali ia lihat selama ini. Spontan bibirnya ikut membentuk senyuman. Rasa takutnya kembali lenyap di gantikan rasa bahagia. Getaran ini pun semakin gencar.
Jungkook berputar membuat Jihyo juga ikut berputar karena tarikan tangannya. Lalu ia berlari membuat Jihyo jadi ikut berlari. Betapa jahilnya Jungkook membuat Jihyo sempat ketakutan karena mengerjai gadis itu. Tapi entah kenapa dia bahagia sekali melihat wajah ketakutan Jihyo seraya meneriakin namanya.
***
Rasanya kemarin tak pernah terlupakan untuk Jihyo. Gadis itu sekarang termenung di kelasnya seraya tersenyum sendiri. Mengingat wajah bahagia Jungkook membuat hatinya menghangat. Tapi mendadak senyumnya menghilang mengingat Jungkook sudah memiliki kekasih. Membuat hatinya kembali mengilu.
apa yang harus kulakukan?
Baru saja Jihyo keluar dari kelasnya, ia sudah mendapati Jungkook dengan kekasihnya sedang melewati dirinya. Dan lagi, sikap Jungkook berubah. Pria itu kembali seolah-olah tak mengenal dirinya.
Ingin sekali Jihyo menangis sekarang juga. Tapi apa daya dirinya, memangnya dia siapa?
Sekali lagi, aku membencimu Jungkook
***
“Jihyo, Jungkook sudah menunggumu di ruang tamu”
Untuk kali ini Jihyo ingin menolak. “Bilang padanya, aku lagi sibuk Bu” teriak Jihyo dari kamarnya.
Ibunya marah lalu langsung membuka pintu kamar Jihyo yang tak di kunci sama sekali.
“Kau sibuk apa? Hanya membaca komik, itu kau bilang sibuk? Sekarang keluar temui Jungkook”
Astaga Jihyo tak bisa menolak, akhirnya dia pasrah.
Kali ini apalagi?
***
“Disini udaranya bagus, jadi aku mengajakmu ke taman ini”
Seruan Jungkook mengalihkan pandangan Jihyo ke sampingnya. Lihatlah, untuk sesaat saja dia sempat terkagum dengan ketampanan Jungkook, dan jantungnya kembali berdegup dengan kencang. Tapi tiba-tiba saja ingatan Jungkook dengan kekasihnya muncul lagi di pikirannya membuat dia marah lalu dia kembali menatap ke depan.
Mereka hanya diam, sampai Jihyo membuka suara.
“Jungkook” panggilnya.
Jungkook hanya berdehem tanpa menatap Jihyo.
“Sebenarnya kita ini apa?” pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Jihyo. Dalam hati ia sudah memaki dirinya sendiri karena menanya hal seperti itu, dia benar-benar bodoh. Tentu saja Jungkook akan mengatakan dia parasit.
Jungkook mengalihkan pandagannnya. Di tatapnya mata gadis itu, yang seperti meminta jawaban pasti.
“Aku tidak tahu. Kita jalani aja dulu” jawab Jungkook kembali menatap kedepan.
Jihyo tak terima jawaban Jungkook, sungguh dia benar-benar marah. Dia berdiri tepat di hadapan Jungkook, menutupi pemandangan yang sedari tadi pria itu perhatikan.
“Aku tidak bisa begini Jungkook. Aku Park Jihyo, gadis biasa yang beruntung bisa berkenalan denganmu. Tolong beri aku kepastian. Aku tahu, aku hanya parasit diantara kalian berdua. Tiba-tiba aku muncul diantara kalian seperti perusak hubungan orang saja. Sesungguhnya, aku tidak ingin. Tapi…”
Jihyo hampir saja menangis, sebisa mungkin dia menahannya.
Jungkook langsung berdiri menatap Jihyo tak percaya. “Jihyo...”
“Tapi kenapa kau memberiku harapan. Kau selalu saja mengajakku jalan sesudah pulang sekolah, tapi sewaktu di sekolah kau malah seolah-olah tak mengenalku. Dan kau juga sudah mempunyai kekasih, tapi kenapa kau malah mendekatiku membuat jantung ini berdetak lebih kencang dan kenapa kau membuat hati ini sakit.”
Tak dapat di bendung lagi. Akhirnya Jihyo menumpahkan air matanya begitupun kata-kata yang selama ini ia ingin keluarkan. Segera ia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya sambil menangis sesenggukkan.
“Jihyo, ak—“
“Aku tidak bisa seperti ini Jungkook. Hatiku sakit”
Jujur, Jungkook baru tau ternyata Jihyo menyimpan perasaan pada dirinya. Dia benar-benar terkejut.
“Kau menyu—“
Jihyo membuka tangannya lalu menatap Jungkook dengan wajah yang sudah basah di penuhi air mata dan keringat.
“Iya, aku menyukaimu Jungkook. Aku menyayangimu Jungkook. Bahkan aku mencintaimu Jungkook” potong Jihyo.
Jungkook tak tahu lagi harus mengatakan apa, yang pasti dia sangat terkejut sekali. Ia tak menyangka Jihyo menyatakan perasaannya di hadapan dirinya.
“Apa yang kulakukan. Aku sangat menyukaimu tapi kau sudah mempunyai kekasih” rengek Jihyo, ia kembali menutup wajahnya. Hatinya sedikit lega setelah mengeluarkan unek-uneknya selama ini.
Jungkook hanya diam, tak mampu berbicara lagi.
Jihyo kembali membuka tangannya lalu menatap Jungkook. “Apa kita harus membatalkan perjodohan ini?”
***
Setelah pengakuan Jihyo pada Jungkook kemarin, membuat Jihyo tidak bersekolah beberapa hari. Alasanya karena ia sakit. Memang benar ia sakit, sakit fisik maupun hati. Dan alasan lainnya adalah karena ia tak mau bertemu Jungkook, ia sangat malu. Bagaimana bisa ia mengatakan hal seperti itu tanpa berpikir dulu. Apa yang akan dilakukannya jika Jungkook melihatnya? Astaga dia sungguh malu, sangat sangat malu.
Kreekk…
Saat pintu kamarnya terbuka, Jihyo segera kembali menutup matanya berpura-pura tidur. Ia yakin Ibunya akan memarahinya karena tidak istirahat.
Jihyo dapat merasakan tangan Ibunya mendarat di keningnya yang hangat. Ia juga dapat merasakan Ibunya sedang duduk di dekatnya sambil mengelus kepalanya.
“Buka matamu, ini aku”
Jantung Jihyo hampir saja copot mendengar suara itu. Jungkook?
Perlahan Jihyo membuka matanya, dan benar saja ia langsung mendapati Jungkook. Segera ia menduduki dirinya menatap Jungkook tak percaya.
“Kau—“
“Aku tidak sekolah hanya untuk melihatmu saja”
Jihyo tak percaya dengan jawaban Jungkook. Bagaimana bisa pria itu tidak bersekolah hanya karena ingin melihatnya.
“Kau masih hangat, lebih baik kau istirahat saja” lanjut Jungkook.
Jihyo menatap Jungkook tajam. “Untuk apa kau kesini? Ingin membuatku berharap?”
Astaga apa yang kau katakan Jihyo. Kau semakin mempermalukan dirimu di depan pria ini.
Jungkook menarik nafasnya lalu menghembuskan perlahan. Lalu dia menatap Jihyo lekat. Kedua tangannya bergerak memegang pundak gadis itu.
“Aku seorang pengecut”
Jihyo bingung apa yang diucapkan Jungkook.
“Aku... memang punya kekasih. Tapi hatiku tidak bersamanya.”
Jihyo hanya diam.
“Kau tau, hati ku malah melirikmu terus”
Jihyo membulatkan matanya tak percaya, kemudian menggelengkan kepalanya sambil tertawa hambar, tidak percaya apa yang diucapkan Jungkook.
“Aku menyukaimu dari dulu, tapi kau malah tidak peduli padaku. Kau malah menganggap ku seperti tidak ada. Aku bahkan lebih mengenalmu. Aku marah, kesal karena kau tak mengenaku, akhirnya aku memilih lebih baik mencari kekasih untuk melupakanmu. Aku tau aku pengecut untuk mendekatimu. Aku sangat takut kau menolak kehadiranku. Dan perjodohan itu, akulah yang menginginkannya”
Penjelasan Jungkook membuat Jihyo tak percaya. Jadi selama ini Jungkook telah menyukainya? Dan perjodohan itu, Jungkook yang menginginkannya? Astaga ini tidak di percaya. Dengan kasar Jihyo melepas tangan Jungkook yang sedari tadi di pundaknya.
“Lalu kenapa? Kenapa kau malah seperti tak mengenalku jika sudah di sekolah. Apa kau membenciku?”
Ntah apa yang salah, tapi Jihyo berhasil mengeluarkan air matanya lagi.
“Aku membencimu Jungkook, Kau—“
“Aku minta maaf, aku tak bermaksud Jihyo”
“Aku... aku bersikap seperti itu agar Lisa tidak mengetahuinya. Dia sangat menyayangiku”
Jihyo mendongak menatap Jungkook dengan penuh air mata.
“Kau tahu, kau mengatakan seperti itu membuat hatiku sakit. Lalu bagaimana denganku? Aku juga menyayangimu, bahkan aku juga mencintaimu, tapi kau malah membuatku seperti ini.”
“Dan kau juga harus tau, ini ketiga kalinya aku menangis karena dirimu” lanjut Jihyo.
***
Jihyo melangkahkan kakinya dengan malas menuju kelasnya. Sial sekali dirinya sudah sembuh. Ibunya memukul dirinya tadi pagi karena malas sekolah dan itu membuatnya menjadi sebal.
Tiba-tiba saja ia menghentikan langkahnya melihat Jungkook berjalan bersama Lisa dengan canda tawa. Dan lagi hatinya berdenyut. Inikah namanya patah hati?
Sebisa mungkin ia bersikap seperti Jungkook, seperti tidak saling mengenal. Dengan cuek dia berjalan melewati kedua orang itu, melirikpun ia enggan. Apalagi melihat wajah Jungkook yang tersenyum bersama Lisa, membuat hatinya terbakar.
Tanpa Jihyo sadari Jungkook menghentikan langkahnya lalu berbalik.
“Jihyo”
Langkah Jihyo terhenti.
***
Kembali lagi Jihyo menangis di dalam kamarnya. Ia menangis sekuatnya tanpa peduli ketukan pintu kamar dari Ibunya. Hatinya benar-benar sakit dan ia sudah tak tahan lagi. Cukup sudah hatinya tersakit ke berapa kali. Apalagi pernyataan Jungkook tadi.
“Aku... aku ingin kau memilih aku atau Lisa”
Jungkook terdiam, dia menatap Jihyo tak percaya. Kenapa Jihyo menanyakan seperti itu. Ia memanggil Jihyo bermaksud mengenalkannya pada Lisa, bukan seperti ini sekarang. Bahkan kedua gadis itu kini menatap dirinya intens menunggu jawaban darinya. Apalagi Lisa sudah megetahuinya setelah Jihyo memberitahunya, dan ekspresi gadis itu sangat terkejut dan tersakiti.
“Jungkook” panggil Jihyo membuat Jungkook tersadar.
“Jungkook, kau memilih siapa? Aku atau Jihyo?” kali ini Lisa yang bertanya.
Gadis itu menatap Jungkook dengan pandangan melemah, hal itu membuat hati Jungkook tersentuh. Sedangkan Jihyo, ia malah membenci adegan tatapan mereka berdua, segera dia berdehem.
“Tidak bisakah kita tidak seperti ini?” ujar Jungkook menatap kedua gadis itu bergantian.
“Tidak! Disini kami berdua yang tersakiti. Kau harus memilih antara kami. Jika kau memilih Lisa—“
Sejenak Jihyo menghembuskan nafasnya perlahan seperti tak sanggup lagi ia mengatakannya. “Aku akan pergi dari hidupmu begitu sebaliknya” lanjutnya.
Jungkook tidak tahu harus menjawab apa. Ia menutup matanya lalu menarik nafasnya perlahan kemudian menghembuskannya. Setelah ia yakin dengan keputusannya ia kembali membuka matanya.
“Aku memilih Lisa”
“Aku sangat membencimu Jungkook. Kenapa kau memilihnya”
Jihyo menangis semakin histeris. Ia melempari semua barang yang ada di sekitarnya, seperti bantal, guling, boneka, bahkan sprai-nya kini sudah terlepas dan tercampak ntah kemana.
Jihyo terduduk di lantai kamarnya yang dingin itu. Kedua kakinya ia tekuk, kemudian ia menenggalamkan kepalanya.
Hatinya terlalu sakit mencintai Jungkook. Raganya terlalu lelah mengikuti Jungkook. Kenapa Jungkook melakukan semua ini. Setelah selama ini, pria itu mengajaknya keluar dan mengatakan kalau pria itu tertarik pada hatinya. Tapi kenapa Jungkook malah memilih Lisa? Apakah dirinya kurang cantik?
“Jihyo, buka pintunya! Ada apa” teriak Ibunya.
Jihyo bangkit dari duduknya, kemudian ia membuka pintunya. Segera dia berlari memeluk Ibunya dengan erat.
“Ibu... Jungkook jahat” adunya sambil menangis.
Ibunya mengelus kepala Jihyo lembut. Ia mengerti kisah percintaan anak muda.
“Sudahlah Jihyo jangan menangis seperti anak kecil”
“Ibu, aku tak bisa seperti ini. Ini terlalu sakit.”
“Ibu aku ingin memutuskan perjodohan ini”
***
Senyum bahagia terukir di wajah Jihyo. Tak hentinya gadis itu tertawa menampakkan gigi-gigi putihnya. Tak menyangka sekarang ia sudah lulus. Akhirnya ia bisa juga lulus dengan nilai yang sempurna.
“Ibu, mari berfoto” Ajak Jihyo mendekati papan bunga yang bertulisan kelulusan sekolah.
Jihyo dan Ibunya akhirnya berfoto dengan wajah berseri.
“Aku tak menyangka, anak gadis ku ini sekarang sudah besar”
Jihyo hanya tersenyum bahagia mendengar ucapan Ibunya.
“Jihyo”
Panggilan itu membuat Jihyo menoleh kearah sumber suara. Dan seketika senyumnya langsung lenyap melihat siapa orang itu.
***
“Selamat”
“Terimakasih, kau juga selamat” ujar Jihyo canggung.
Sudah 1 tahun ia menjahui Jungkook setelah kejadian dulu. Dan sekarang pria itu memanggilnya dan mengajaknya berbicara hanya mereka saja tanpa orang lain.
“Aku tidak menyangka kita akan lulus secepat ini” lanjut Jungkook.
Jihyo hanya berdehem.
“Jihyo...”
Jihyo menoleh ke sampingnya menatap Jungkook. Dan kini mereka sudah berhadapan. Jantung ini, berdegup dengan kencang. Jihyo benci seperti ini, padahal sudah lama jantungnya tak pernah berdegup seperti ini tapi sekarang dengan mudahnya jantungnya berdegup dengan kencang hanya melihat senyuman lembut dari Jungkook.
“Bisakah kita mengulanginya lagi?”
“Ha?”
“Aku Jeon ungkook … senang berkenalan denganmu. Aku harap aku adalah type kekasih yang kau inginkan. Ah tidak, maksud ku type suami yang kau inginkan.”
“Apa—“
“Namamu siapa?”
“Aku Park Jihyo. Senang juga berkenalan denganmu” Jihyo pun mengikuti alur ucapan Jungkook.
“Baiklah kita mulai dari awal. Aku ingin membuat jantungmu berdegup kencang dengan usahaku sendiri.”
Tanpa usaha saja kau sudah berhasil membuatnya berdegup dengan kencang.
“Biarkan aku membuatmu kembali mencintaiku”
Jihyo tersenyum manis lalu menganggukkan kepalanya.
Lisa? Gadis itu sudah pindah sekolah setelah Jungkook memilih Lisa. Bukannya Jungkook ingin mempermainkan Jihyo. Bukankah ia sudah bilang, ia duluan lah yang menyukai Jihyo. Tapi kenapa ia memilih Lisa? Siapa yang tidak tahan dengan pandangan gadis lemah itu. Lisa adalah gadis lemah yang membutuhkan dirinya. Dengan berat hati ia memilih Lisa tapi hatinya malah meneriakin nama Jihyo.
“Aku memasukkanmu ke dalam type daftar suami ku”
***
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar